tag:blogger.com,1999:blog-48277111646014759972024-03-14T06:12:39.805-07:00Buku Habib AsyrafyAku Habib Asyrafy. Disini aku berbagi tentang buku yang kubaca, kutulis dan kurekomendasikan. Kalian pasti suka!Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.comBlogger43125tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-29925116245863742112016-10-01T05:50:00.003-07:002016-10-01T05:50:39.397-07:00Puisi - Panggilan yang Lima<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Berdirilah dan tinggalkan yang Dia haramkan<br />
Bacakan tanda-Nya dan kenali jalan-Nya<br />
Tundukkan pandang dan dengarkan tenang<br />
Lalu pulang dan renungkan<br />
<br />
Bahwa Dia di atas segala<br />
Bahwa Dia penentu segala<br />
Bahwa Dia pemilik kuasa<br />
Bahwa Dia pemilik kehendak<br />
<br />
Lalu duduk dan mohonlah maaf<br />
Karena lancang laku badanmu<br />
Karena lancang rasa hatimu<br />
Karena lancang akal pikirmu<br />
<br />
Lalu kembalilah karena Dia Maha Pemaaf<br />
Tinggalkan dirimu dan sucikan Dia<br />
Yang telah memberimu air hidup<br />
Dan mengajarimu ilmu yang sejati<br />
<br />
Lalu jadikan dirimu tidak ada<br />
Hingga kau tak dapat disebut apa-apa<br />
Kecuali bagian dari keselamatan<br />
Bagi kawan maupun lawan </div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-9198284344876389662016-09-29T21:50:00.002-07:002016-12-13T19:21:52.157-08:00Kesalahan Umum Penulis Blog Baru<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Sudah lama saya berniat untuk kembali aktif menerbitkan tulisan di blog pribadi saya ini. Setiap kalinya saya berniat untuk setidaknya menerbitkan sebuah tulisan setiap minggunya. Tapi ada saja yang membuat saya gagal melakukannya. Beberapa hari yang lalu saya coba memeriksa diri saya sendiri, coba menemukan penyebab kegagalan saya konsisten menulis satu tahun terakhir. Dan saya menemukannya. </div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Diantara penyebab kegagalan saya adalah: </div>
<h4 style="text-align: justify;">
MERASA SUDAH JADI PENULIS </h4>
<div style="text-align: justify;">
Setelah novel pertama saya terbit, saya merasa sudah layak disebut penulis dan itu membuat saya merasa tidak begitu perlu untuk menerbitkan tulisan baru di blog. Padahal itu adalah salah sama sekali. Dengan pola pikir seperti itu jelas saya tidak akan menulis apapun di masa mendatang dan jika sudah begitu jelas saya tidak dapat lagi dikatakan seorang penulis. <br /><br />Hari ini saya menemukan sebuah kesadaran baru bahwa selama saya tidak akan pernah menjadi penulis, jika saya tidak melazimkan diri menulis sebuah tulisan baru setiap hari. </div>
<h4 style="text-align: justify;">
MERASA TULISAN SAYA SUDAH BAGUS </h4>
<div style="text-align: justify;">
Di awal tahun saya sempat membaca ulang tulisan-tulisan saya yang sudah lama terbit. Waktu itu saya menemukan banyak kekurangan. Maklum, hampir semua tulisan yang saya terbitkan di blog adalah merupakan draft pertama tanpa edit. Setelah memperbaiki kekurangan itu, tulisan saya jadi lebih jelas dan lebih rapi. Itu bagus tapi ada dampak buruknya. <br /><br />Dampak buruknya: Saya merasa semua tulisan di blog saya sudah bagus. Itu buruk karena itu membuat saya takut mengotori blog saya dengan tulisan yang tidak begitu bagus. Kamu pernah mengepel lantai rumahmu kemudian takut mengotorinya dengan kakimu sendiri? Kira-kira begitulah perasaan yang kurasakan terhadap blog ini waktu itu. <br /><br />Blog saya memang selamanya rapi tapi tanpa adanya tulisan baru apa gunanya? <br /><br />Sekarang saya mendapat pelajaran, tidak apa kotor sedikit asal kita mau membersihkannya nanti. Aku harap kamu maklum kalau tulisa-tulisan terbaruku tidak sebagus tulisan-tulisan lamaku. Tapi tenang saja, saat aku memeriksa tulisan ini untuk kedua kalinya nanti, aku akan pastikan kalau tulisan ini tidak kalah bagusnya dengan tulisan yang sudah-sudah. <br /><br />Sejauh ini cuma dua itu sih… Pernahkah kamu mengalami kemandegan sepertiku juga? Bagaimana kamu mengatasinya? Share di komentar ya! </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-17748592945651210832016-01-29T02:35:00.000-08:002016-01-29T02:35:09.769-08:00Menghadapi Zaman yang Terus Berubah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6fkEAaqWUjnwc6X8eieJnddWeXLN-yY36uzJNrPh5jgExxSUW0ovQ5_4mKxTQFZ1EF8GN60CBoE0NvyW9hyu-2CUWpbbkcOgCC4zCLd2yjGPfRe4ltXvA4BT1vZSqwKjAn7RlyTUG20k/s1600/specialization+evolusi+zaman+dan+peradaban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="specialization evolusi zaman dan peradaban" border="0" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6fkEAaqWUjnwc6X8eieJnddWeXLN-yY36uzJNrPh5jgExxSUW0ovQ5_4mKxTQFZ1EF8GN60CBoE0NvyW9hyu-2CUWpbbkcOgCC4zCLd2yjGPfRe4ltXvA4BT1vZSqwKjAn7RlyTUG20k/s1600/specialization+evolusi+zaman+dan+peradaban.jpg" title="specialization evolusi zaman dan peradaban" width="500" /></a></div>
<br />
Dalam perjalananku ke sekolah tadi, sebuah penatu (<i>laundry</i>) baru dibuka. Fasad depan penatu itu cukup bagus sehingga aku memperhatikan dan melihat ke dalam lewat pintu kacanya cukup lama. Penatu yang satu itu membuatku berpikir bisnis jasa cuci-mencuci ini memang masih jadi tren. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Aku berpikir, mungkin jika bisnis penatu ini semakin banyak dan pasarnya pun bertambah, besok tidak akan ada lagi kita temui sabun cuci dijual bebas di warung dan swalayan. Mungkin saja, di masa depan nanti, ketika mencuci ke penatu sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan setiap keluarga modern, tidak akan ada lagi anak remaja yang belajar dan pandai mencuci dan menggosok pakaian. Mungkin saja kan?<b> </b><br />
<br />
<br />
<b>BUKAN HAL BARU </b><br />
Jika memang akan terjadi, hal ini sebenarnya bukan lagi hal baru. Kalau kalian hidup cukup lama untuk mengingatnya, sebenarnya dulu setiap orang tua pandai mengajarkan anaknya mengaji. Namun seiring bertambahnya kesibukan orang tua modern, mengajar mengaji terlihat seperti pekerjaan yang terlalu remeh. Mereka berpikir waktu mereka akan lebih efektif jika digunakan untuk bekerja dan menghasilkan uang. Nah, uang inilah yang mereka gunakan untuk mengupahi seorang guru ngaji untuk menggantikan mereka mengajari anaknya. <br />
<br />
Mereka hanya menitipkan tugas kepada orang yang mereka rasa lebih ahli dalam bidangnya. Tidak ada yang salah dengan semua itu. <br />
<br />
Di zaman dulu orang-orang juga terbiasa untuk memasak sendiri makanannya. Hal itu terus berlangsung sampai seorang istri terlalu sibuk mengerjakan sesuatu yang lain dan membuat mereka berpikir memasak adalah pekerjaan yang merepotkan. Saat itu muncullah bisnis katering sebagai solusi atas permasalahan mereka. <br />
<br />
Sekali lagi, apa yang para istri itu kerjakan hanyalah menyerahkan urusan memasak kepada mereka yang lebih ahli. Tidak ada yang salah dengan semua itu. <br />
<br />
<br />
<b>TAPI ADA DAMPAK BURUKNYA </b><br />
Kalau semua ini terus dibiarkan terjadi, di masa depan kita akan menemukan generasi manusia menjadi lebih lemah dan lebih tidak cakap dalam hal apapun. Mereka tidak bisa memasak, tidak bisa mencuci, tidak bisa memasang lampunya sendiri dan berbagai macam ketidakmampuan lainnya yang mungkin tidak pernah terpikirkan. <br />
<br />
Kalau kalian protes pada mereka atas ketidakmampuan mereka itu, mereka akan bilang, “Kan sudah ada katering, sudah ada penatu, sudah ada bengkel dan para ahli lainnya. Jadi buat apa aku capek-capek mempelajari dan mengerjakan semua itu sendirian jika aku punya cukup banyak uang untuk membayar mereka semua?” <br />
<br />
<br />
<b>EVOLUSI PERADABAN </b><br />
Tapi bagaimana pun semua perubahan di atas adalah suatu niscayaan yang tak perlu disesali. Seiring perkembangan zaman, peradaban memang akan terus berevolusi menuju kekhususan dan spesialisasi. Peradaban manusia masih dan akan terus berada dalam tahap evolusi. <br />
<br />
Dulu, kita para manusia, hidup nomaden dan berpindah-pindah. Pada masa itu setiap orang dituntut bisa berburu dan membuat pakaiannya sendiri. Berikutnya peradaban kita berevolusi, beberapa manusia berdiferensiasi menjadi petani yang bercocok tanam sedangkan yang lainnya memasak. Pada masa itu tidak setiap orang pandai memasak. <br />
<br />
Berikutnya peradaban kita berevolusi lagi, munculnya orang-orang yang pandai menjahit seperti Nabi Idris membuat orang memberikan mandat menjahit kepada yang ahlinya. Saat itu perlahan manusia tidak membuat pakaiannya sendiri lagi. <br />
<br />
Dan sampailah evolusi peradaban itu ke zaman sekarang, dimana manusia telah terspesialisasi menjadi profesi-profesi tertentu, dimana tak ada lagi manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan yang lainnya. Sampailah kita di zaman dimana manusia telah terorganisasi dengan baik dalam tugas-tugas dasar seperti menanam makanan, berburu ikan, mendistribusikan makanan, meramu bumbu, hingga memasak dan tugas-tugas tambahan seperti membuat pakaian, alat komunikasi, dan menjalankan transportasi baik yang kecil maupun yang besar. <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Dan sadarilah, bahwa evolusi itu belum berhenti! </i></div>
<br />
Peradaban manusia belumlah sekompleks peradaban semut dan lebah yang telah bisa menentukan sejak lahir, semut mana yang akan jadi pekerja dan semut mana yang akan jadi prajurit. Peradaban manusia juga belum sekompleks sebuah sel tunggal, yang sudah jelas organel mana yang tugasnya menghasilkan energi, organel mana yang tugasnya berpikir, dan organel mana yang bertanggung jawab atas gerak dan komunikasi ke dalam dan luar sel. Peradaban kita masih harus banyak belajar dan banyak berevolusi. <br />
<br />
Kita tidak dituntut untuk menghentikannya karena ia tidak bisa dihentikan. Kita hanya dituntut untuk siap saat evolusi itu sampai ke titik terjauhnya. Ini adalah suatu keharusan dan merupakan bagian dari proses penyempurnaan peradaban manusia. <br />
<br />
Roda zaman akan terus berputar. Aku hanya berpesan agar kita berhati-hati agar tidak sampai terlindas olehnya dan tertinggal di belakang. Darwin pernah berkata, makhluk yang paling bertahan bukanlah yang terkuat tapi yang paling siap dengan datangnya perubahan. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-85805220522938605552016-01-27T02:27:00.001-08:002016-01-27T02:27:01.972-08:00Cerpen - Lelaki yang Mencari Makan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP8aDpoHdKCD8c2vGm9425CL75expdvA5CKBa36cZnoRVisuW-CVcx0MYDLnwN_mnKEPnFYc7oxVEDrgIfXma3GodQoyG8r0c4mz3FCIWL13ovIh5fTF-Df6E1ZGqjC8eKsta4etaGKO8/s1600/kisah+takdir+usaha+dan+tawakkal+dalam+mencari+nafkah+dan+makan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kisah inspiratif islami rezeki rizki sukses kaya" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP8aDpoHdKCD8c2vGm9425CL75expdvA5CKBa36cZnoRVisuW-CVcx0MYDLnwN_mnKEPnFYc7oxVEDrgIfXma3GodQoyG8r0c4mz3FCIWL13ovIh5fTF-Df6E1ZGqjC8eKsta4etaGKO8/s1600/kisah+takdir+usaha+dan+tawakkal+dalam+mencari+nafkah+dan+makan.jpg" title="kisah inspiratif islami rezeki rizki sukses kaya" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seorang lelaki terlihat sangat frustasi ketika berjalan pulang dari kantornya. Pasalnya hari itu ia habis dimarahi bosnya karena kinerjanya yang menurun. Lelaki itu pikir sebenarnya ia sudah cukup rajin tapi ketatnya persaingan dalam mengejar karir dan penghidupan membuatnya harus bekerja lebih dan lebih keras lagi agar tak tersingkir. Pada akhirnya ia terjebak dalam sebuah sistem yang mengharuskan ia bekerja tanpa henti jika ia tak ingin makannya terhenti. Sedih kan?<a name='more'></a><br />
Laki-laki itu sedang mengeluh waktu tiba-tiba hujan deras turun. Karena tidak mau basah, ia itu berteduh di teras sebuah toko elektronik yang memajang banyak TV di jendelanya. Dari salah satu TV dalam jendela itu lelaki tadi menyaksikan seorang motivator akan mulai menceritakan sebuah kisah dari Ibnul Jauzi yang berjudul SEEKOR BURUNG DAN ULAR YANG BUTA. Kisahnya begini: <br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Ada seorang ahli ibadah yang setiap siang selalu melihat seekor burung membawa sepotong daging dan hinggap di atas pohon kurma di dekat rumahnya. Kelakuan burung itu membuat si ahli ibadah heran. “Mana ada burung yang bersarang di atas pohon kurma,” pikirnya. <br />
<br />
Burung itu datang dan datang lagi setiap harinya dan setiap kalinya bertambahlah rasa penasaran si ahli ibadah. Suatu hari karena sudah tak tahan lagi dengan rasa penasaran yang berkecamuk dalam pikirannya. Ahli ibadah itu memutuskan untuk memanjat ke atas pohon saat burung itu datang. <br />
<br />
Burung itu datang dan si ahli ibadah pun memanjat. Alangkah terkejutnya si ahli ibadah ketika mengetahui ada seekor ular buta di atas pohon kurma tersebut. Si burung datang mendekati ular buta itu dan bersuara maka si ular pun membuka mulutnya. Kemudian burung itu pun meletakkan daging yang ia bawa ke dalam mulut ular tersebut. <br />
<br />
Ternyata selama ini burung itulah yang memberi makan ular buta yang tidak bisa apa-apa ini. Timbul pertanyaan. Siapakah yang menyuruh burung itu memberi sepotong daging pada ular yang buta ini? Siapa lagi kalau bukan Dzat Yang Maha Memberi Rezeki, Allah, Tuhan seru sekalian alam. <br />
<br />
Maka benarlah Firman Allah SWT berfirman: "<i>Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam (habitat) binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.</i>” (QS. Hud: 6) </blockquote>
<br />
Bersamaan dengan redanya hujan, lelaki yang menumpang nonton TV lewat jendela ini pun merasa tercerahkan. Lalu ia berjalan pulang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Keesokan harinya, lelaki yang sudah sangat yakin akan rezekinya tadi tidak berangkat ke kantor. Sendirian saja, ia duduk saja di depan meja makan di apartemennya dengan sendok di tangan kanannya dan garpu di tangan kirinya. Sementara itu piring besar berwana putih di depannya masih dengan jelas memantulkan cahaya dari jendela apartemennya. <br />
<br />
Detik demi detik berlalu, dan lelaki itu tampak seperti patung tanpa sedikit pun melakukan gerakan yang berarti. Posisinya masih tetap sama, sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri, dan piring di depannya pun masih tetap sama. Kosong sama sekali. <br />
<br />
“Mungkin sebentar lagi,” pikirnya. <br />
<br />
Sepertinya ia cukup yakin kalau Tuhan akan punya suatu cara untuk membuat sebuah makanan hadir di atas piringnya. Ia coba-coba memikirkan akan ada seekor burung yang terbang dan masuk lewat jendela membawakan sepotong steak lengkap dengan saos barbequenya untuk ia santap. <br />
<br />
“Atau mungkin teman-teman SMA-ku akan berkunjung membawakanku oleh-oleh untuk disantap bersama,” khayal lelaki itu. <br />
“Atau mungkin tiba-tiba ada sebuah pesawat peralatan kemah yang menjatuhkan beberapa roti keatas piringnya karena kelebihan muatan,” khayalnya lagi, “siapa tahu?” <br />
<br />
Dan setelah itu, ia terus saja mengkhayalkan berbagai skenario lain bagaimana cara munculnya makanan di atas piring kosongnya. Setiap habis satu khayalan muncul khayalan baru yang kedengaran jauh lebih ajaib dari sebelumnya. Terus saja begitu hingga tiba-tiba ia merasa lapar. <br />
<br />
Ia pun mengingatkan Tuhan, “Ya Tuhan aku sudah lapar.” Dia berkata begitu seolah-olah Tuhan lupa untuk memberinya makan. Ia kelaparan sekarang tapi tetap saja kamu tidak akan bisa melihat sebuah gerakan apapun darinya. Ia masih disitu, masih menunggu. <br />
<br />
Waktu terus berputar, jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Rasa laparnya pun semakin menjadi-jadi. Sempat terpikir lelaki itu untuk menyerah saja dan menghambur keluar untuk mencari makan. Tapi ia berhasil menguatkan dirinya sendiri untuk tetap percaya pada Firman Tuhan dalam Surah Hud ayat 6. <br />
<br />
Dan waktu masih terus saja berputar... <br />
<br />
<br />
Kamu mungkin sudah tidak percaya dengan cerita ini, tapi aku serius, ini sudah enam hari sejak lelaki itu duduk di depan piring kosongnya dan menunggu keajaiban Tuhan datang. Sepertinya ia sudah nyaris mati. Kemarin, saat kadar gula dalam darahnya sudah sangat rendah sebenarnya ia sudah mau merampok untuk bisa mendapatkan makanan tapi anehnya ia masih juga bertahan disana sampai hari ini. <br />
<br />
Sekarang kulitnya sudah agak biru dan matanya sayu sekali. Aku kira dia sudah mati, tapi hidungnya masih bergerak sedikit. Badannya sudah kering sekali, hanya sudut matanya saja yang agak lembab. Itu pasti sisa air matanya yang sudah mengering tiga hari yang lalu. Dia pasti sangat sangat sangat lapar. <br />
<br />
Dan akhirnya dia mati. <br />
<br />
<br />
Teman-temannya yang baru bisa datang satu minggu kemudian mengurus jenazahnya. Lelaki itu dikubur dan protes sama Tuhan dalam kematiannya. <br />
<br />
“Katanya rezekiku udah dijamin? Kenapa Engkau biarkan aku Tuhan?” protesnya.<br />
“Apa kau berharap aku mengirim utusan untuk memberimu rezeki?” Tuhan bertanya balik.<br />
“Iya dong! Kayak cerita ular buta itu!” <br />
“Udah kukirim, kamu aja yang gak peduliin dia.” <br />
“Kapan?” <br />
“Sejak hari pertama.” <br />
“Siapa?” <br />
“Aku mengirimimu rasa lapar, selera makan, kaki untuk berjalan, tangan untuk bekerja dan kekuatan untuk mengerjakan apapun yang diperlukan.” <br />
<br />
“Oow”</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-18850110598124143032016-01-25T02:25:00.003-08:002016-01-25T02:25:49.675-08:00Cerpen - Michael's Book of Gift<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9QryyH59lBPeH88wfr6Tja5OlsZYbCALZL42LGte9F21mjnDuKtNu1LZx0OHTvTShwslahbIFbfkP0e1XHHt4RLFzG2Q82Y6BlCeeKa1YmPzSptLj8Lm9WtXj5R5LYgA_iWJtMvHRNw/s1600/Michaels+book+of+gift.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="ada buku jatuh dari langit" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9QryyH59lBPeH88wfr6Tja5OlsZYbCALZL42LGte9F21mjnDuKtNu1LZx0OHTvTShwslahbIFbfkP0e1XHHt4RLFzG2Q82Y6BlCeeKa1YmPzSptLj8Lm9WtXj5R5LYgA_iWJtMvHRNw/s1600/Michaels+book+of+gift.jpg" title="ada buku jatuh dari langit" /></a></div>
<br />
Aku heran kenapa lama sekali doaku dikabulkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namaku Arif dan aku seorang anak SMA yang banyak keinginan. Aku ingin naik jet coaster. Aku ingin menjadi yang paling favorit di kelas. Aku ingin punya tabletku sendiri. Aku ingin punya laboratoriumku sendiri. Dan aku ingin membuat Yara (seorang gadis yang kutaksir) terkesan. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cukup banyak kan? Itu belum semuanya kawan tapi ketahuilah bahwa itu keinginanku dua tahun yang lalu. Aku sudah kelas tiga sekarang. Dan aku sadar bahwa keinginan itu tak ubahnya seperti mimpi yang tak akan terwujud. Kalau pun terwujud pasti akan makan waktu yang lama sekali. Jadi aku bersikap realistis. Aku agak mengurangi keinginanku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang ini aku hanya ingin lulus Ujian Nasional. Aku takut sekali tidak lulus di mata pelajaran Biologi dan Bahasa Indonesia. Aku dengar isu bahwa UN akan dihapuskan tahun lalu tapi kenapa belum dihapus juga ya. Ini sudah bulan Januari!!! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi tiap malam aku berdoa, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya Allah, hapuskanlah UN tahun ini.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau pun Engkau tak mau karena suatu alasan yang cukup urgen, mundurkanlah waktunya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“kalau pun Engkau tak mau memundurkannya, kirimkanlah utusanmu untuk memberikan aku kuncinya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau pun Engkau tak tega membuatku melakukan dosa seperti itu, buatlah aku pintar Biologi dan Bahasa Indonesia yang jawabannya tidak pernah jelas itu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Amiinn..” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah doaku selalu setelah shalat dan sebelum tidur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi aku pesimis doaku yang satu ini akan terkabul dalam waktu dekat. Aku sudah pengalaman dalam hal doa-berdoa ini. Aku sudah cukup sering berdoa tapi jarang sekali diantara semua doa itu yang langsung terkabul. Dulu aku pernah berdoa agar ayahku dapat segera mengganti mobilnya menjadi sebuah Grandis berwarna abu-abu. Doaku itu baru terkabul tahun lalu, delapan tahun setelah aku berdoa. Tidak mungkin aku menunggu delapan tahun untuk dapat lulus UN kan? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasanya aku ingin berteriak saja, “Tak adakah suatu cara yang lebih cepat?” tapi aku sadar hari sudah malam, aku hanya akan dikira orang gila jika berbuat seperti itu. Jadi, aku berdoa di atas tempat tidurku, “Ya Allah, Engkau tahu aku tak bersemangat lagi untuk berdoa tapi Engkau pun tahu aku tak punya pilihan. Hanya Engkaulah tempatku berharap dan hanya Engkaulah tempatku meminta. Jadi malam ini aku berdoa lagi, sama seperti malam-malam sebelumnya, beritahulah aku cara agar aku dapat menguasai Biologi dan Bahasa Indonesia sebagaimana aku menguasai Kimia, Fisika dan Matematika. Amiinn..” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
*** </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hei, Arif! Bisa kamu jawab soal nomor lima?” tanya Pak Habib, seorang guru matematika sekaligus guru favoritku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bisa pak.” Jawabku, “Nomor lima itu dikerjakan dengan integral subtitusi jawabannya a tambah b pangkat dua.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yak betul! Kalau begitu sampai disini dulu pelajaran hari ini. Kita tutup dengan mengucapkan lafal hamdalah.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara serempak aku dan seluruh teman sekelasku mengucap hamdalah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau ada yang tidak jelas, kalian semua boleh bertanya pada Arif sebelum bertanya sama bapak ya. Assalamualaikum” kata Pak Habib sebelum menghilang keluar dari kelas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah ini adalah jam pelajaran Biologi. Aku tidak suka biologi jadi kuputuskan untuk melihat keluar jendela sambil mencari Yara di lapangan di halaman sekolah. Ini jam olahraganya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun wajahnya tidak terlihat terlalu jelas dari atas sini, aku selalu mengenali yang mana Yara. Ia punya sebuah kebiasaan yang sama setiap jam olahraga. Setiap menit ke tujuh belas atau delapan belas ia akan duduk di dekat pohon mangga di sebelah kanan gawang. Ia akan membaca sebuah novel atau SMS-an atau BBM-an dengan seseorang. Aku harap itu bukan pacarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah itu dia Yara. Dia sedang berlari-lari mengelilingi lapangan. Pandanganku sedang lekat-lekatnya saat tiba-tiba sebuah buku muncul di udara dan jatuh tepat di tengah lapangan. “Buku apa itu?” pikirku </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung permisi pada guru Biologiku dan berjalan menuruni tangga. Berharap tak seorang pun menyadari kehadiran buku itu. Jangan-jangan itu DeathNote? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa iya itu DeathNote? Kok rasanya aku ragu ya. Aku memang suka matematika tapi tidak sejenius Light Yagami dan tidak seidealis Pak Habib. Itu pasti bukan DeathNote tapi kalau bukan lalu apa? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memutuskan untuk berlari lebih cepat dan langsung mencaritahu faktanya ke tengah lapangan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
*** </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku takut membuka buku itu sendiri. Ia tebal sekali, mungkin mencapai 4000 sampai 6000 halaman, aku tak tahu. Warnanya yang putih terang dan ukurannya yang tidak biasa membuatku takut salah adab terhadapnya. Jadi aku membawanya ke tempat seorang temanku sepulang sekolah. Ia tidak tahu tentang benda pusaka atau mitos-mitos lama, aku hanya membutuhkannya untuk jadi temanku berteriak bersama jika sesuatu yang mengerikan tiba-tiba keluar dari dalam buku itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Judulnya Kitab Hadiah Mikail.” kataku pada Syaiful yang tinggal di asrama sekolah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wow. Apa benar kitab ini milik Mikail, malaikat pengatur rezeki?” tanya Syaiful. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Entahlah, mungkin saja. Cepat buka ful. Aku takut.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“OK lah! Aku penasaran.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaiful pun membuka buku itu di halaman acak. Kemudian sebuah tulisan perlahan muncul dari halamannya yang mula-mula kosong. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
SYAIFUL KURNIAWAN – JAM TANGANNYA SENDIRI <br />
<ul>
<li>MENGIKHLASKAN KEHILANGAN JAMNYA (V) </li>
<li>MEMBERSIHKAN KAMARNYA (X) </li>
</ul>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat Ful! Namamu muncul disitu. Berarti kau akan mati 40 detik lagi! Cepat tulis wasiatmu!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan wak! Kau pikir ini DeathNote? Apa maksudnya JAM TANGANNYA SENDIRI ini ya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Coba pikir lagi Ful!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh iya, aku kehilangan jam dua hari lalu! Aku yakin ia ketinggalan di kelas. Sudah kucari tapi tak ketemu-ketemu. Jadi kuikhlaskan saja. Besok aku rencana beli yang baru.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat Ful! Di situ tertulis MENGIKHLASKAN KEHILANGAN JAMNYA terceklis tapi MEMBERSIHKAN KAMARNYA belum! Coba kamu bersihkan kamar dulu! Kita lihat apa yang terjadi.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak butuh waktu lama bagi Syaiful untuk membersihkan kamarnya. Dan tak butuh waktu lama bagiku untuk langsung tahu, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat Rif! Jamku ketemu lagi! Ternyata selama ini dia ada dibawah tempat tidurku! Haha!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebentar Ful. Biarkan aku berpikir. Berarti buku ini memberitahu orang yang membuka bukunya tentang sesuatu yang hilang dan apa saja syarat-syarat yang diperlukan orang tersebut untuk mendapatkan barangnya kembali!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wow, hebat juga temuan kamu Rif!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita harus membuktikannya sekali lagi dulu. Coba sini aku yang buka.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun membuka buku itu dan mendapati sesuatu yang berbeda, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
ARIF WIRAWAN – KESAN BAIK YARA SYAFITRI <br />
<ul>
<li>36 JAM IMPRESI (X) </li>
<li>SEBUAH PERTUNJUKKAN DI PANGGUNG (X) </li>
<li>NILAI MATEMATIKA 100 DI RAPOT (V) </li>
</ul>
<br />
ARIF WIRAWAN – NAIK JET COASTER <br />
<ul>
<li>MEMILIKI UANG SEBESAR 200.000 (X) </li>
<li>MENYELESAIKAN SEMESTER PERTAMA KELAS TIGA (X) </li>
<li>MENYARANKAN KETUA KELAS UNTUK PERGI KE SIBOLANGIT (X) </li>
</ul>
<br />
ARIF WIRAWAN – TABLET ANDROID 7” <br />
<ul>
<li>MENGAMBIL JANJI AYAH UNTUK MEMBERI HADIAH ANDROID (X) </li>
<li>MENJADI RANGKING SATU DI SELURUH NEGERI (X) </li>
</ul>
... </blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Gila Rif! Banyak kali tulisannya.” seru Syaiful. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini bukan barangku yang hilang Ful. Ini daftar hal yang paling kuinginkan hari ini.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh berarti bukan daftar barang hilang ya! Iya sih, tapi aku memang lagi pingin jam.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tak begitu mendengar apa yang Syaiful katakan, otakku langsung tertuju pada satu hal. Lulus UN! Jadi aku membolak-balik kitab itu, berharap ada sebuah halaman yang menunjukkan tulisan itu. Dan tapi ada terlalu banyak halaman yang berisi tulisan disana waktu aku yang menbukanya. Aku jadi menyesal punya terlalu banyak keinginan. Tapi akhirnya aku mendapatkan ini di sebuah halaman </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
ARIF WIRAWAN – PENGUASAAN BUKU BIOLOGI SMA ERLANGGA <br />
<ul>
<li>MENGIKUTI SETIAP PERTEMUAN BIOLOGI DI SEKOLAH (V) </li>
<li>MENYELESAIKAN 4000 SOAL BIOLOGI DARI BANK SOAL (X) </li>
<li>BELAJAR MEMAAFKAN PAK TAMBUN (X) </li>
</ul>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu gak pernah absen kan?” tanya Syaiful yang juga membaca buku yang kubuka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sampai sekarang belum. Pantas saja yang pertama sudah terceklis. Aku paham syarat kedua, aku tinggal pinjam bank soalmu, tapi syarat ketiga?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“ BELAJAR MEMAAFKAN PAK TAMBUN.” Syaiful mengeja apa yang tertulis disana. “Aku juga tidak mengerti. Apa kamu tidak suka sama Pak Tambun?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku memang tidak menyukainya sejak ia permalukan aku di depan kelas. Itu waktu kita masih kelas satu. Waktu itu kita belum sekelas.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau begitu maafkanlah. Aku yakin itulah yang menghambat pelajaran Biologi masuk ke otak pintarmu itu. Kalau kau tidak suka gurunya bagaimana bisa kau memahaminya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kurasa kau benar.”<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak hari itu, setiap hari aku membantu orang lain menemukan hambatan dalam mencapai apa yang ia kejar. Beberapa diantara mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengejar cita-citanya. Beberapa lagi sudah sangat dekat dengan keberhasilan saat mereka menyerah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku juga pernah menemukan seorang pengusaha yang menginginkan tendernya dimenangkan setelah 10 tahun mengalami kegagalan tanpa putus. Ternyata ia lupa minta maaf pada orang tuanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari ini sudah tiga tahun berlalu dan tentunya aku sudah naik jet coaster dan mendapatkan tablet yang kuinginkan. Aku juga mendapatkan banyak hadiah lainnya saat aku tahu syaratnya cuma satu, yaitu bersyukur atas apa yang ada. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tepat pada bulan Januari saat ujian semester lima perkualiahanku dimulai. Sesosok makhluk muncul di kamarku. Aku tak akan menceritakan rupanya karena ia tak bisa diceritakan tapi aku harap kalian mengerti kalau itu adalah Mikail. Ia datang dan meminta kembali bukuku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, Rif! Dah pulang?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Darimana abang tahu namaku?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari Allah. Kata Atid ente yang nyimpen Kitab Hadiah ane ya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, iya bang. Tiga tahun ini aku yang jaga, supaya gak disalah gunain orang.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yaudah sini balikin.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sebelumnya aku boleh nanya bang?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa itu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa bukunya bisa sampai jatuh? Kenapa buku ini Bahasa Indonesia? Dan kenapa aku yang nemuin?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ane juga gak tahu kapan jatuhnya. Buku itu memang dibuat dalam bahasa yang dimengerti pembacanya, kalau ane yang buka ente gak bakal bisa lihat tulisannya. Kalau soal kenapa ente ane juga gak tahu, emang ente dulu pernah supaya dapat buku itu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangannya berdoa, tahu pun aku tidak soal buku ini tapi dulu aku pernah doa supaya dikasi tahu cara jago Biologi.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yaudah cukup main-mainnya, kembaliin buku ane.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau dibalikin, ane tetap tahu keberadaan buku itu kan?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya nggak lah. Ente gak pernah nonton DeathNote? Kalau kepemilikan buku dicabut ente dan seluruh manusia yang pernah tahu soal ini gak bakal bisa ingat apa-apa lagi soal buku ane.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahu sih.” Aku pun menyerahkan buku itu pada Mikail. “Tapi satu permintaan terakhir ya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tolong liatin satu halaman terakhir buatku dan bacakan isinya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“OK lah. Nih!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
ARIF WIRAWAN – INGATAN TENTANG KITAB HADIAH MIKAIL <br />
<ul>
<li>Menolong 1000 orang dengan kitab itu (V) </li>
<li>Berjanji pada Mikail untuk tidak membocorkan rahasia keberadaan buku itu (X) </li>
</ul>
</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun berjanji pada Mikail tidak akan membocorkan rahasianya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku harap kalian tidak berhenti berusaha. Jangan hanya punya banyak keinginan tapi sedikit bersyukur. Cobalah berharap agar Allah memberikan satu hari lagi untuk bernapas dan berbuat baik sebelum tidur. Niscaya engkau akan sadar betapa banyak hal-hal yang patut disyukuri di dunia ini.</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-76395847342319266462016-01-25T02:22:00.000-08:002016-01-25T02:22:01.522-08:00Kenapa Doaku Tidak Pernah Terkabul?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsVtxipMtRTev6HFkcmx6l0iQuxehbZ8aSZizqo3yEXzkmTt9nTUH6136TJsKHyKKIQVI8N3FYI6KZFPAAXwhhm6EnhFqM4tzhs6P9i0gwy1EumT0OJUpYZXcUVU_4F5IL9-BUFBYUWrk/s1600/tangan+hamba+Allah+yang+berdoa+tulus+ikhlas.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="tangan hamba Allah yang berdoa tulus ikhlas" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsVtxipMtRTev6HFkcmx6l0iQuxehbZ8aSZizqo3yEXzkmTt9nTUH6136TJsKHyKKIQVI8N3FYI6KZFPAAXwhhm6EnhFqM4tzhs6P9i0gwy1EumT0OJUpYZXcUVU_4F5IL9-BUFBYUWrk/s1600/tangan+hamba+Allah+yang+berdoa+tulus+ikhlas.png" title="tangan hamba Allah yang berdoa tulus ikhlas" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Apa yang akan kamu minta jika hari ini kamu punya sebuah permintaan yang pasti terkabul? Wahh, mungkin sebuah mobil atau rumah kali ya? Atau mungkin juga minta supaya dapat tiga permintaan ajaib lagi? <br />
<br />
Seandainya kalian memang punya jatah satu permintaan seperti itu, aku menyarankan agar kalian tidak menyia-nyiakannya untuk kepentingan duniawi, untuk kepentingan diri sendiri atau membalas dendam dengan meminta yang jelek-jelek. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tapi jika kalian mau tahu, sebenarnya ada sebuah cara agar kalian bisa mendapatkan semua yang kalian inginkan selain dengan berharap ketemu jin dalam botol seperti itu. Cara ini bahkan lebih ampuh dari itu. Kalian bisa kebal sakit, bebas masalah, murah rezeki dan segala keuntungan yang mungkin kalian harapkan yang lainnya. <br />
<br />
Tapi jangan harap kalian bisa melawan sunnatullah (hukum alam) untuk bisa terbang, mendapatkan rumah secara ajaib dan tiba-tiba atau bisa menjadi kasat mata jika ilmu kalian belum sampai kesana. Harapkan saja, agar kalian tidak lupa sekali membaca jika kalian pelajar, agar kalian disayangi bos jika kalian karyawan, atau agar kalian murah rezeki jika kalian pedagang. <br />
<br />
Dan cara rahasianya adalah ... <br />
<br />
<br />
<b>BERDOA </b><br />
Ya, caranya cuma berdoa saja. Gampang kan. Jika kalian mau belajar berdoalah. Jika kalian mau selama saat keluar rumah, jangan lupa berdoa dulu. Jika kalian mau murah rezeki ya berdoa saja. <br />
<br />
Mungkin kalian berkata, "Tapi bang, kami sudah sering berdoa, tapi belum terkabul juga." <br />
<br />
Ada beberapa hal yang menyebabkan doa tidak terkabul. Mungkin kalian banyak maksiat sehingga doanya tak sampai ke hadirat Allah. Mungkin juga kalian masih suka menyakiti orang sehingga malaikat menahan doa kalian. Mungkin doa kalian kurang spesifik jumlah, waktu dan caranya. Mungkin juga doa kalian akan disimpan Allah, untuk kebaikan kalian di akhirat. Atau mungkin juga doa kalian sudah terkabul tapi emang dasar kaliannya aja yang gak pernah bersyukur. <br />
<br />
Semua kemungkinan itu sudah dibahas orang lain dan kalian juga sudah pada tahu. Aku akan membahas satu kemungkinan lain yang jarang dibahas orang. Jangan-jangan selama ini kalian belum pernah berdoa. <br />
<br />
<br />
<b>MUNGKIN SELAMA INI KAMU BELUM PERNAH BERDOA </b><br />
Allah sudah menjamin akan mengabulkan permintaan orang-orang yang berdoa kepadanya dengan penuh keimanan. Dia telah berfirman, <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Berdoalah padaKu maka akan Kuperkenankan bagimu.” </i></div>
<br />
Tapi bagaimana mau dikabulkan jika selama ini kamu belum pernah berdoa? Jangan-jangan apa yang kamu lakukan selama ini cuma membaca doa saja. <br />
<br />
<br />
<b>APA BEDA BERDOA DENGAN MEMBACA DOA? </b><br />
Tentu saja jauh berbeda. Apakah sama orang yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan mereka yang membaca teks proklamasi? Apakah sama orang yang melawak dengan orang yang membaca sebuah naskah lawak? Tentu saja tidak. <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>"Doa bukanlah suatu teks yang harus dibaca tapi sesuatu perbuatan yang harus kamu lakukan.</i><i><i>”</i> </i></div>
<br />
Sebagai ilustrasi coba simak narasi berikut:<br />
<blockquote class="tr_bq">
Bayangkan ada seorang gadis cantik yang sedang suntuk merajuk. Seorang lelaki tampak sedang berusaha menenangkannya tapi bukannya membujuk si gadis, laki-laki itu malah mengeluarkan secarik kertas berisi puisi yang diambilnya dari internet. Lalu dia membacakan semuanya kepada gadis itu berharap gadis itu luluh. <br />
<br />
Isi dari kalimat-kalimat yang disampaikan laki-laki itu memang bagus, sajaknya indah dan rayuannya dalam. Tapi si gadis tahu semua itu keluar dari sebuah kertas bukan dari hati. <br />
<br />
Si laki-laki yang tidak mengerti itu terus saja membacakan bujukan dan rayuannya. Padahal yang gadis itu inginkan hanyalah melihat si pemuda mencoba. Padahal sejelek apapun bujukannya si gadis itu tetap akan luluh karena setidaknya laki-laki itu sudah mencoba. Dengan melihat laki-laki itu mencoba membujuknya, si gadis sudah tahu bahwa jauh dari dalam hatinya si laki-laki memang ingin berbaikan. Tapi si laki-laki tadi malah membaca teks. Si gadis malah makin merajuk.<br />
<br />
Akhirnya si gadis memberinya ultimatum, “Jika kamu memang ingin kita berbaikan, bacakan puisi rayuanmu itu di depan rumahku tiap pagi selama 30 hari.” Dengan ultimatum ini si gadis berharap bisa melihat kesungguhan si laki-laki yang tidak pandai berpuisi ini dengan melihatnya datang setiap pagi. Tapi tahukah kalian si laki-laki ini sangat kreatif. <br />
<br />
Karena tidak mau repot, si laki-laki tadi membaca ulang semua puisi bujukan yang ia dapat dari internet tadi di depan sebuah alat perekam. Kemudian ia meletakkannya di depan rumah si gadis tadi, pas di dekat pagarnya. Keesokan harinya, gadis itu pun terbangun karena mendengar puisi laki-laki itu. Tapi betapa kagetnya si gadis karena saat ia melihat keluar jendela ia hanya mendapati sebuah alat perekam yang telah disetel untuk aktif setiap jam 8 pagi selama sebulan penuh. <br />
<br />
Saat si gadis mendekati alat perekam itu, ia melihat sebuah notes kecil di dekatnya bertuliskan, “Kalau sudah baikan sms aku ya.” </blockquote>
<br />
Sekarang, apakah kamu kira laki-laki itu akan memenangkan hati si gadis? <br />
<br />
<br />
<b>DOA AUTOPILOT </b><br />
Kira-kira seperti itulah gambaran orang-orang yang mengira doanya belum juga dikabulkan, padahal sejatinya ia belum pernah sekalipun berdoa. Jika kamu termasuk orang yang cukup jago menghapal doa waktu duduk di bangku SD atau SMP dulu maka kemungkinan besar kamulah orang yang kumaksud suka berdoa autopilot.<i> Ya Allah doanya sama kayak kemarin.</i> (Niat doa gak sih)<br />
<br />
Doa itu tidak seharusnya dihapal. Sering kali, orang yang menghapal doa sebagai sebuah bacaan tapi tidak benar-benar berdoa dalam hatinya. Aku sukup sering melihat seorang anak yang membaca doa, <i>Rabbana hablana min azwajinaa</i>, jelas sekali ia sedang membaca doa bukannya berdoa. <br />
<br />
Berdoalah kepada Allah seperti anak kecil yang sedang minta dibelikan mainan kepada orang tuanya. Itu baru namanya berdoa. Setelah punya keinginan (ruh doa) seperti itu baru cari lafal doa yang lebih baik yang diajarkan dalam agama. <br />
<br />
Aku sendiri tidak pernah berdoa minta jodoh yang baik hingga akhirnya aku berada di umur dimana aku memang khawatir kalau-kalau aku akan mendapatkan jodoh yang tidak baik saat mulai mencarinya. Jadi jangan asal berdoa saja, mintalah jika kamu memang merasa butuh. (Dan seharusnya kamu memang merasa butuh jika kamu tidak terlalu sombong merasa bisa mengatasi semuanya sendiri) <br />
<br />
Misalnya kamu kesulitan saat belajar di sekolah atau kampus. Kamu benar-benar ingin menjadi seperti temanmu yang mudah saja menerima ilmu walau tak belajar. Maka carilah ustadz mintalah doa-doa untuk menuntut ilmu dan mintalah agar diajari artinya. <br />
<br />
Dengan mengerti arti dari sebuah doa, barulah kamu bisa benar-benar berdoa. Jadi sebagai penutup sekali lagi kuingatkan, berdoalah jangan hanya baca doa. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-44200435431995948842016-01-25T01:55:00.000-08:002016-01-25T01:55:01.360-08:00Penting Tapi Sering Terlupa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNeEw__kVUqwnVDE-6cJWJWxSR0KkaVxe-g6H1pi4IzwdtQ6S7gSiMnSQkpouILGNcXmlUSMzd6vz4SNJOJeLqUAShW55AFj3mLrzey8OXRvQ2HWKs2vTnqlqe6Q5ArUWezW8MBtjSANQ/s1600/alasan+memilih+suatu+pilihan+pekerjaan+dan+yang+sering+terlupakan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="alasan memilih suatu pilihan pekerjaan dan yang sering terlupakan" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNeEw__kVUqwnVDE-6cJWJWxSR0KkaVxe-g6H1pi4IzwdtQ6S7gSiMnSQkpouILGNcXmlUSMzd6vz4SNJOJeLqUAShW55AFj3mLrzey8OXRvQ2HWKs2vTnqlqe6Q5ArUWezW8MBtjSANQ/s1600/alasan+memilih+suatu+pilihan+pekerjaan+dan+yang+sering+terlupakan.jpg" title="alasan memilih suatu pilihan pekerjaan dan yang sering terlupakan" /></a></div>
<br />
<b>Kenapa kamu membaca blog ini? </b><br />
Apakah ada sesuatu dalam blog ini yang membuat ingin selalu datang lagi dan lagi? Apakah ada hal yang benar-benar penting dan mendasar sehingga kamu harus meluangkan sedikit dari waktu onlinemu untuk membaca satu atau dua catatan terbaru blog ini? Apakah kau datang kemari untuk wawasan yang lebih luas? Atau hanya karena penasaran dengan apa yang orang katakan? <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Kamu harus punya alasan </b><br />
Kamu harus punya alasan untuk tiap-tiap yang kamu lakukan. <br />
<br />
Hidup punya begitu banyak pilihan. Kalau dihitung aku rasa jumlahnya akan tidak berhingga. Ada begitu banyak simpang dalam kehidupan yang menuntut kita untuk membuat pilihan setiap kalinya. Setiap orang bisa memilih kearah mana 206 ruas tulangnya akan gerakkan untuk tiap detik berikutnya. Setiap orang bisa memilih apa yang harus ia sukai, pikirkan atau lakukan. <br />
<br />
Kamu pasti punya alasan ketika memilih jurusan sastra bukannya hukum. Kamu pasti punya alasan ketika berangkat dengan sepeda bukannya dengan motor. Kamu bahkan punya alasan untuk pilihan terkecil seperti nasi goreng atau nasi uduk. <br />
<br />
<br />
<b>Hanya saja kamu lupa </b><br />
Karena memilih terlalu sering, aku yakin kamu tidak akan lagi menganggapnya cukup spesial untuk diingat. Kalau memang benar masih ingat, coba beritahu aku mengapa kamu sekarang kuliah? Mengapa kamu harus menonton acara TV favoritmu setiap hari minggu? Mengapa kamu marah saat klub sepakbola favoritmu dijelek-jelekan orang? <br />
<br />
<i> Got it?</i> Kalian tahu kemana arah pembicaraanku kan? <br />
Disini aku mencoba mengajak kita memikirkan kembali alasan dari apapun yang kita kerjakan. Jangan-jangan kita sudah tidak tahu lagi apa yang kita kerjakan. Jangan-jangan kalian hanya sekolah karena kebanyakan anak seumuran kalian pergi kesana. Aku takut kalian melupakan alasan sebenarnya dan esensi terpentingnya. <br />
<br />
Apa mungkin kita bisa mendapatkan yang terbaik dari suatu pekerjaan jika kita lupa atau tidak mengerti mengapa kita melakukannya? Apa mungkin pemikiran seorang mahasiswa bisa berkembang jika ia hanya kuliah karena ikut teman-temannya ke kampus? Apa mungkin seseorang akan sampai jika ia berjalan tanpa tujuan? <br />
<br />
Coba pikir lagi, alasan dan tujuannya. Kenapa kau harus membeli mobil itu? Apa kau butuh kendaraan yang cukup luas untuk membawa keluargamu jalan-jalan? Apa kau butuh sesuatu untuk menyumpal mulut tetanggamu yang selalu menyombongkan mobilnya? Apa kau akan menggunakannya sebagai umpan bagi perempuan di kampusmu? <br />
<br />
Kalau hari ini kamu memang ingin kuliah, coba pikir lagi, apa yang kau harapkan dari kuliah itu? Apa kau ingin gelarnya agar calon mertuamu bangga dengan itu? Apa kau butuh ijazahnya untuk melamar pekerjaan? Apa kau butuh ilmunya agar kau bisa mencapai cita-citamu? Apa diskusi keilmuan adalah hobimu? Apa tujuanmu? Dan mengapa itu penting? <br />
<br />
Atau jangan-jangan apa yang selama ini kamu kerjakan sebenarnya tak begitu penting? Ya kan, siapa tahu? Maka dari mari coba pikir ulang. Kurasa tidak ada salahnya dan tidak ada ruginya jika sekarang kamu menanyakan pada dirimu sendiri, “Kenapa aku harus melakukan ini?” “Kenapa ini penting bagiku?” Karena dengan begitu kamu sudah membantu dirimu menemukan motivasi yang akan senantiasa menjagamu agar tidak melenceng dari tujuan semulamu. Atau mungkin memang sebenarnya kamu tidak perlu melakukannya. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-73580068527710850172016-01-24T01:18:00.000-08:002016-01-24T01:18:08.854-08:00Haruskah Aku Korbankan Idealisme Demi Pekerjaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFDZt4n9EeQAYRs98cQrQOwgf-cYOwdcx__b2Wr7lEaO4l0NQ6_U2a7A9abfxA-tynYbjAEgdgOQlUVcX0N50KAFuCQkc1TEJ1KbnrwnZnSNFqCuY8hH7GHd2k4Wc2T96BC64agKbI-D4/s1600/idealisme+pemuda+dan+profesi+yang+menyelamatkan+dunia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="idealisme pemuda dan profesi yang menyelamatkan dunia" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFDZt4n9EeQAYRs98cQrQOwgf-cYOwdcx__b2Wr7lEaO4l0NQ6_U2a7A9abfxA-tynYbjAEgdgOQlUVcX0N50KAFuCQkc1TEJ1KbnrwnZnSNFqCuY8hH7GHd2k4Wc2T96BC64agKbI-D4/s1600/idealisme+pemuda+dan+profesi+yang+menyelamatkan+dunia.jpg" title="idealisme pemuda dan profesi yang menyelamatkan dunia" /></a></div>
<br />
Sekarang ini pikiranku sedang disibukkan dengan pertanyaan: “Kira-kira pekerjaan apa yang pas untuk orang sepertiku?” <br />
<br />
Sebagian dari kita mungkin bertanya, mengapa sekarang tulisanku tidak terbit sesering sebelumnya? Jawabannya sederhana. Sejak memutuskan untuk berhenti nonton televisi tiga bulan lalu, aku hidup lebih tenang dan lebih damai. Tidak seperti kalian yang masih nonton televisi, sekarang aku punya lebih sedikit hal untuk dikesalkan. Mungkin karena itulah inspirasi menulis tidak datang padaku sesering sebelumnya. </div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<b>PERTANYAAN SEORANG SARJANA MUDA </b><br />
“Dimana aku harus melamar jika aku mencari yang pekerjaannya santai tapi gajinya banyak?” <br />
<br />
Percaya atau tidak, itulah pertanyaan yang sering kali muncul dalam benak seorang yang baru diizinkan menggunakan gelar sarjana seperti aku dan teman-temanku. Pertanyaan itu pula yang malam ini membuatku berpikir, apakah pertanyaan seperti itu yang seharusnya seorang pemuda tanyakan setelah menjadi sarjana? <br />
<br />
Sebagai seorang idealis, aku yakin jawabannya adalah tidak. Hidup tidak sesempit pikiran orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri. Kerasnya persaingan hidup di akhir zaman tidak seharusnya membuat kita berpikir bahwa harta adalah segalanya. Oleh karena itu, aku rasa lebih baik jika pertanyaannya diganti, “Bagaimana aku akan mengabdikan hidupku untuk agama, bangsa dan keluarga setelah ini?” <br />
<br />
<br />
<b>PROFESI YANG COCOK </b><br />
Sebuah pekerjaan tidaklah hanya harus baik dari segi penghasilan tapi juga harus memberi kebaikan bagi sesama. Pekerjaan yang ideal menurutku adalah pekerjaan yang tidak hanya menjadi ladang penghidupan tapi juga menjadi ladang pahala di akhirat kelak. Untuk itu, ia tak hanya harus memberi manfaat bagi orang banyak tapi juga harus tidak memberi mudharat atau kerugian apapun pada orang yang tidak bersalah. Itu sebabnya bekerja sebagai agen suatu multi level marketing tidak pernah menjadi pilihan bagiku. <br />
<br />
Aku juga bertekad untuk tidak melamar ke perusahaan rokok walau bagaimanapun besarnya tawaran yang mereka berikan. Bagaimana aku sanggup berkampanye anti-rokok jika hidupku dibiayai oleh keuntungan yang mereka hasilkan? Aku bersyukur masih bisa bebas mengatakan kebenaran bahwa rokok itu tidak baik karena tidak pernah berhutang apapun pada mereka. <br />
<br />
Ibuku sendiri berharap aku tidak tergiur dengan besarnya gaji yang ditawarkan bank atau perusahaan asuransi manapun. Beliau takut gaji yang kuperoleh dari perusahaan yang penuh dengan riba nantinya tidak berkah. Aku yang takut menjadi anak durhaka karena makan rejeki yang tidak berkah langsung setuju dengan pendapat ibuku itu. <br />
<br />
Beberapa dari temanku bertekad untuk sebisa mungkin tidak melamar ke perusahaan penghasil kertas sebagai wujud kepedulian mereka terhadap lingkungan. Beberapa dari temanku yang lain bertekad untuk tidak masuk ke perusahaan periklanan. Salah seorang dari mereka takut sekali perusahaan minuman keras datang dan memaksanya membuat iklan yang mencitrakan seolah minuman itu baik untuk dikonsumsi. <br />
<br />
Aku sadar mendapat pekerjaan sebaik itu tidak mudah. Aku juga sadar bersikap keras pada diri sendiri akan jauh lebih susah. Aku hanya ingin mengajak kita bertanya pada diri kita masing-masing, “Dimana sebenarnya batas kesanggupan kita untuk menaati perintahnya?” <br />
<br />
Nabi sudah mengingatkan kalau di akhir zaman berpegang teguh pada kebenaran akan seperti memegang bara. Pertanyaannya adalah apakah kita termasuk orang yang cukup sabar untuk memegang bara di akhir zaman ini untuk menghindari bara yang lebih panas di akhirat kelak. <br />
<br />
<br />
<i>Karena hanya mereka yang sabar yang berhak atas pahala tanpa batas.</i></div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-42454881523436948622016-01-23T02:59:00.000-08:002016-01-23T02:59:04.322-08:00Bagaimana Sebaiknya Bersikap pada Pengemis<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIs2jfYS-MeSF3DzxrtU3dgm599wgW_61LBYWTDNLZo6sPHUcKm4bmi_tVdTukM5FvkWba51ku-Z0P1_jbms_JSMJ09EJR0AeZM5Rk7TktnoYwVqZ6IZq1N7PnB4EamrAM0Z5i-9_lc1A/s1600/memberi+sedekah+pada+pengemis+palsu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="memberi sedekah pada pengemis tapi kya raya naik sepeda motor punya mobil mewah pula" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIs2jfYS-MeSF3DzxrtU3dgm599wgW_61LBYWTDNLZo6sPHUcKm4bmi_tVdTukM5FvkWba51ku-Z0P1_jbms_JSMJ09EJR0AeZM5Rk7TktnoYwVqZ6IZq1N7PnB4EamrAM0Z5i-9_lc1A/s1600/memberi+sedekah+pada+pengemis+palsu.jpg" title="memberi sedekah pada pengemis tapi kya raya naik sepeda motor punya mobil mewah pula" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jadi ngiri ya</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum masuk ke tulisannya saya mau tanya dulu. Kira-kira jika pengemis di atas lewat di depan kamu kemudian dia meminta sedekah padamu, apakah kamu akan memberinya? Kurasa tidak ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak beberapa tahun lalu sering kali kita dengar di televisi banyaknya modus penipuan yang dilakukan oleh para pengemis dan anak jalanan. Aku yang saat itu masih anak-anak dan lagi seneng-senengnya berbuat baik dan menolong orang lain, jadi merasa kecewa dan tertipu berat. Bahwa ternyata selama ini perasaanku dipermainkan.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu aku jadi lebih selektif terhadap pengemis-pengemis yang datang. Aku tak mau lagi tertipu jika semua ini hanyalah akting. Aku lebih ketat menyeleksi mana pengemis yang benar-benar pengemis dan mana yang pura-pura jadi pengemis. Dan itu kulakukan lama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saking lamanya, sampai-sampai aku berubah, dari yang tadinya cukup rajin sedekah, sekarang aku jadi seperti <a href="http://www.habibasyrafy.com/2013/11/dasar-tukang-kritik.html">Seorang Kritikus</a> yang terlebih dahulu menilai kesempurnaan penampilan dan profile si pengemis baru lah aku mau memberi. Aku yang tadinya hampir selalu memberi sekarang berubah jadi hampir selalu tidak memberi. "Apa yang salah?" kupikir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.habibasyrafy.com/2013/10/dampak-negatif-siaran-berita-kriminal.html"><br /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.habibasyrafy.com/2013/10/dampak-negatif-siaran-berita-kriminal.html">Permberitaan berita-berita di Televisi</a> pun memojokkan posisi para pengemis gadungan ini. Banyaknya pemberitaan seperti itu sepertinya malah mendukung "gerakan tidak memberi" bagiku. Pemberitaan itu memberiku alasan untuk tak bersedekah. Padahal kalau tak salah sedekah itu sunnah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya waktu itu aku cukup buta untuk memandang permasalahannya secara jelas. Seorang temanku waktu itu pernah menceritakan bahwa ia cukup kaget, seorang pengemis yang biasa ia temui di Ramayana Aksara ternyata punya sebuah sepeda motor yang diparkirkan di dekatnya. Aku dan semua temanku waktu itu terprovokasi mendengarnya. "Bagaimana bisa dia mengemis pada kita sementara dia sudah punya kereta dan kita belum? What is the difference between us?" Dan pertanyaan itu sudah terjawab sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Tapi diam-diam begitu, di rumah aku mulai berpikir dimana batasan yang jelas antara pengemis dengan pengemis gadungan?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jawabannya adalah tidak ada. Selama mereka sama-sama mengemis, maka tidak ada yang namanya pengemis gadungan atau pengemis betulan. Semuanya itu adalah pengemis. Dan satu hal yang membedakan kita dengan dia, keputusannya untuk menjadi pengemis. Sesungguhnya yang kita jual ketika memutuskan untuk ikut mengemis adalah harga diri dan nama baik. Mereka yang menjual keduanya pasti merupakan orang yang tak punya apa-apa lagi selain itu. Jadi apa sekarang kau masih mau menjadi seperti mereka untuk sebuah motor baru? Harganya? Harga dirimu aja cukup kok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gak mau kan? Ya begitulah. Bagaimana pun kita masih punya harga diri untuk tidak mengemis. Lagi pula ini baru cocok dengan hadits yang belakangan kutemukan (walaupun dinyatakan lemah oleh Syaikh al-Albâni </div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>"Setiap peminta-minta punya hak (untuk diberi) walaupun ia datang
dengan mengendarai kuda,” </i></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Sangat jelas kan? Itu artinya Allah menjamin hak-hak orang yang telah memutuskan untuk menjadi pengemis. Kalau tidak ada mereka, kemana lagi kita mau bersedekah? Sekarang terjawab sudah dengan kasus si pengemis yang punya kendaraan bermotor tadi. Jadi kuharap jangan ada lagi yang protes kalau seorang pengemis punya sejenis mobil mewah atau jet pribadi. Ada lagi ayat.</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dan terhadap orang yang meminta-minta makan janganlah kamu menghardiknya". </i>(Q.S. ad-Dhuha: 10)</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya untuk perkara apakah mereka itu asli atau palsu bukan urusan kita untuk menentukannya. Kita cukup berbaik sangka dan sungguh kita akan diberi pahala karena itu. Sedangkan hukuman bagi mereka yang mempermainkan perasaan kita adalah dari Allah. Ada hadits:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali
bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang
orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa
melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang
menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan
sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga
ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah
ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan
sandaran hidup. Wahai Qabishah! Meminta-minta selain untuk ketiga hal
itu adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”. (Al-Hadits)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan
datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di
wajahnya. (Al-Hadits)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa meminta-minta kepada manusia harta mereka untuk memperbanyak
hartanya, maka sesungguhnya dia hanyalah sedang meminta bara api
(neraka), maka (jika dia mau) silahkan dia mempersedikit atau
memperbanyak.</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lengkap sekali hukum dalam Islam kan? Si bandel tetap dapat hukum, yang baik juga tetap harus ikhlas sedekah. Kalau mau cek betapa sempurnanya hukum Islam mari kita coba bandingkan dengan hukum buatan manusia.</div>
<blockquote class="tr_bq">
“Fakir miskin dan anak – anak terlantar dipelihara negara”. UUD 1945 pasal 34</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Wow? Siapa yang gak mau dipelihara negara macem PNS ya kan bro! Harusnya yang dipelihara itu bukan pengemis. Yang lebih perlu itu adalah orang yang kesulitan mencari uang seperti janda-janda dan yatim. Seperti yang Nabi buat waktu para syuhada meninggal syahid dalam perang. Lihatlah zaman sekarang ini, akibatnya lebih parah. Jadi banyak tante-tante yang tak tahu mencari uang pada akhirnya harus ikut menyumbangkan kerusakan moral bangsa.</div>
Tapi anehnya kemudian kita temukan aturan-aturan seperti ini:<br />
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
(1) Barangsiapa mengemis di muka umum, diancam karena melakukan pengemisan dengan pidana kurungan paling lama enam minggu. <br />
(2) Pengemisan yang dilakukan bersama-sama oleh tiga orang atau lebih, yang masing-masing berumur di atas enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan. KUHP 45 Pasal 504</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jadi tidak mengerti dibuatnya. Kemana kita harus bersedekah mas bro? Masak harus ke kantor BAZIS gitu? Dan ada yang lebih parah lagi</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQBSk7AXk_hBKek0K3gGqrno6PtKOOf60GFtfB0mb4o5dvZgAMKEqSkz0B2vaHzjFeu8G_iLDh0L_8ZcFVj4MRKbLDlddtgJTOw5Woy1DNe8m6qyOqAoDZ1Jo898AWLAP1AZxx7oSKTjY/s1600/mengemis+dan+memberi+sedekah+kok+ditangkap.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQBSk7AXk_hBKek0K3gGqrno6PtKOOf60GFtfB0mb4o5dvZgAMKEqSkz0B2vaHzjFeu8G_iLDh0L_8ZcFVj4MRKbLDlddtgJTOw5Woy1DNe8m6qyOqAoDZ1Jo898AWLAP1AZxx7oSKTjY/s640/mengemis+dan+memberi+sedekah+kok+ditangkap.PNG" height="422" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekali lagi mari kita lihat apa yang hukum Islam katakan? </div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
“Demi jiwaku yang berada di tanganNya sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian kemudian dia gunakan untuk mengangkat kayu di atas punggungnya lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang kemudian ia meminta-minta kepadanya yang terkadang ia diberi dan terkadang ia tidak diberi olehnya”. (HR. Al-Bukhari)</div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurasa sudah jelas ya. Kuharap tidak ada lagi yang bertanya apa hukum memberi sedekah pada pengemis gadungan (bohongan). Fenomena pengemis yang menipu ini memang tak pernah habis kalau mau dibahas, kapan sedekahnya kalau terus membahas itu. Tidak ada lagi yang harus diragukan untuk bersedekah. Kalau mau sedekah gak usah banyak alasan deh. Kasi ya kasi, kalau belum sanggup sedekah ya gak usah banyak cakap, malu kita dengernya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sekali lagi tepuk tangan buat hukum Islam.<br />
<br />
<br />
<b>DIUPDATE 16 Februari 2014</b><br />
Aku ketemu hadits ini<br />
<i>Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah orang miskin itu yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak sehingga tertolak dari satu dua suap makanan atau satu dua biji kurma, tetapi orang miskin yang sesungguhnya dan yang dikehendaki oleh Islam untuk dibantu ialah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi dan yang tidak diingat orang untuk disedekahi serta tidak suka pergi meminta-minta kepada orang lain.”<br />(Bukhari – Muslim) </i></div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-28966989270061213202016-01-20T02:25:00.000-08:002016-01-20T02:25:00.934-08:00Cerpen - Dialog Tukang Tanya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJuOJs5JEqgix0eaFPUZi3zzwxBGTRIGx2CK0j3L5UCeRUW4ZcopHB-tu_5LGdyVBGzfsusmmanOTHmYdGhJQ32D9dmIKd5oYuY7I0KHDcdLvXEjSri2zAK_es5sRwN9ovWgXF-JTko1s/s500/subuh+keluar+dari+tubuh.jpg" imageanchor="1"><img alt="shalat subuh keluar dari tubuh" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJuOJs5JEqgix0eaFPUZi3zzwxBGTRIGx2CK0j3L5UCeRUW4ZcopHB-tu_5LGdyVBGzfsusmmanOTHmYdGhJQ32D9dmIKd5oYuY7I0KHDcdLvXEjSri2zAK_es5sRwN9ovWgXF-JTko1s/s1600/subuh+keluar+dari+tubuh.jpg" title="shalat subuh keluar dari tubuh" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sedang duduk sendiri bersila di atas sajadah dalam kamarku. Waktu itu matahari belum terbit. Dzikirku sudah jauh membumbung tinggi, berkas-berkas cahaya terlihat jelas walau mataku terpejam. Terdengar suara-suara dzikir malaikat langit, aku rasa aku telah berada di alam yang sangat tenang dan syahdu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Subuh ini aku datang lagi pada Zat tempat aku mengadu, menyembah dan meminta pertolongan. Dia Maha Mengetahui. Jadi aku mendekatkan diri pada-Nya dan terus bertanya. Pagi ini ada pertanyaan menarik yang ingin kutanyakan. </div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, Tuhanku, kemarin aku jadi satu-satunya yang tak lulus ujian semester filsafat ilmu. Apa itu memang yang terbaik?” tanyaku pada-Nya </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, tentu saja itu yang terbaik untukmu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi itu membuatku sedih,” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi itu juga membuatmu belajar.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bagaimana kalau aku berjanji akan rajin belajar dan Kau tak perlu membuatku tak lulus?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi kau tak akan belajar kalau tak lulus.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi kalau Kau buat aku tidak lulus, tidak hanya aku, orang tuaku juga akan sedih, aku tidak akan lulus tepat waktu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau begitu itu berarti memang harus.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi kenapa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau tak tahu, orang tuamu dulu pernah membuat seorang temannya terlambat lulus satu tahun juga.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa harus aku? Bukankah adikku juga bisa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Mereka rajin belajar.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh Tuhan, baru aku menyadari betapa pentingnya belajar itu. Aku mahasiswa, seharusnya mahasiswa belajar. Aku hanya satu bagian dari seluruh sistem yang ada, dan kebetulan aku ditempatkan jadi mahasiswa maka seharusnya aku melakukan tugasku dengan baik. Aku kembali ke tubuhku. Ada rasa sedikit gatal di kakiku. Itu membuatku sedikit buyar. Ternyata ada nyamuk disana. Itu mengingatkanku pada hal lain yang harus kutanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya Tuhan, boleh kan aku bertanya lagi.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tanya lah.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa kau ciptakan nyamuk?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Jutaan orang hidup karena bekerja di tempat pembasmi nyamuk.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukankah Engkau bisa saja memberi mereka pekerjaan lain. Bagaimana kalau ia tidak ada saja.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku bisa melakukan apa saja yang Aku kehendaki tapi itulah yang kuinginkan.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Hal besar apa yang akan terjadi jika nyamuk tidak ada.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Raja Namrud tidak akan mati pada waktunya. Dia akan terus memerintah selama beberapa tahun lagi.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Waww, apa pengaruhnya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kekuasaannya akan menyebar sampai daratan yang sekarang kau sebut Indonesia.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Lalu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Salah satunya akan anak-anak Namrud kelak akan menggantikannya, dan anak buah mereka akan menjajah nenek moyang Soekarno.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Lalu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Soekarno tidak akan lahir, dan tak ada lagi tokoh yang memerdekakan Indonesia.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa Indonesia harus merdeka.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Karena kelak Indonesia harus bertemu dengan Amerika dan menjalin kerjasama.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa harus?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Amerika butuh kalian sebagai tempat mengeruk keuntungan dan harta.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Untuk apa mereka gunakan harta itu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Membuat senjata dan membantu Israel berperang melawan Palestina.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa harus ada orang Israel?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak ada yang lebih menguji iman setelah setan dan nafsu kalian sendiri kecuali mereka.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ohh, baiklah.. kurasa Pak Wardianto sudah berada di depan kelasku satu jam lagi. Aku harus kembali Tuhanku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sekejap akupun kembali ke tubuhku lagi. Membereskan buku, menyusun jadwal, mandi, dan langsung ke kampus.<br />
<br />
<br />
* Cerpen ini dimuat di majalah Dinamika Edisi Oktober 2013 </div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-41444838857389655522016-01-20T02:07:00.003-08:002016-01-20T02:07:58.313-08:00Bagaimana Membuat Mimpi Jadi Nyata?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFQ5Z2gBkXmvgh0DS_dNV3lGxrwIM904ALkR4MQXFvviGm2Wcd_0sVmmtScMkkZlo96jNkV2zh_sMQPci3bhdUNyba5CUkEuHgGzYwLkow9wP26kda9BqK8rlHfE4rK7Zo01xoXIQu-mE/s1600/membuat+todo+list+untuk+mencapai+target.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="membuat todo list untuk mencapai target-target kita" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFQ5Z2gBkXmvgh0DS_dNV3lGxrwIM904ALkR4MQXFvviGm2Wcd_0sVmmtScMkkZlo96jNkV2zh_sMQPci3bhdUNyba5CUkEuHgGzYwLkow9wP26kda9BqK8rlHfE4rK7Zo01xoXIQu-mE/s1600/membuat+todo+list+untuk+mencapai+target.jpg" title="membuat todo list untuk mencapai target-target kita" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>“Daftar dan tuliskanlah 100 keinginan dan impianmu secara nyata di atas kertas! Suatu hari nanti kamu akan melihat kertas itu penuh dengan coretan karena Allah telah berkenan agar kamu dapat mencapainya.”</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i>- Aris Ahmad Jaya</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 2009, aku pernah mengikuti sebuah seminar motivasi “Membuat Mimpi Menjadi Nyata” yang waktu itu menghadirkan Mas Danang Sang Pembuat Jejak sebagai pembicara. Dalam seminar itu Mas Danang memutar sebuah video yang diawali dengan sebuah kutipan yang telah sama-sama kita baca di awal tulisan ini. </div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Mas Danang yang awal mulanya juga tak percaya kemudian menjelaskan pengalamannya. Pada tahun 2004 ia menulis keinginan agar bisa menyelami lautan, menjadi mahasiswa terbaik nasional, melanjutkan studi ke luar negeri, dan banyak keinginan lain yang tak kalah besarnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mas Danang yang tak percaya menyimpan kertas yang berisi daftar impiannya itu dan melupakannya. Beberapa tahun kemudian ia menemukan kembali kertas itu dan menyaksikan sendiri satu per satu mimpinya sudah menjadi nyata. Kalian bisa tebak sendiri bagaimana kelanjutan ceritanya kan? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku dan teman-teman yang waktu itu penasaran mulai menulis 100 mimpi. Aku tak menyangka, ternyata menulis 100 keinginan itu cukup sulit (padahal yang kutulis keinginanku sendiri lho). Disini aku juga menantang kalian! Aku yakin tak satu pun dari kalian mampu menulis 100 keinginan dalam waktu 30 menit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu itu aku menulis semuanya, mulai dari yang paling sederhana seperti bisa memasak nasi goreng, memiliki smartphone canggih, memiliki laptop untuk ngeblog, sampai mimpi-mimpi besar seperti mendapatkan IP 4.00 dan memiliki sebuah bimbingan belajar sendiri. Dan kalian pun pasti bisa tebak bagaimana kelanjutan ceritanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak mimpiku yang sudah jadi nyata! Kalian mungkin tidak percaya, tapi aku memang mendapatkan, melakukan dan menjadi seperti yang kuimpikan. Tentunya tidak ada mimpi yang bisa mewujud nyata tanpa ada usaha yang mengiringinya. Sampai saat ini aku masih dalam perjalanan untuk mewujudkan mimpiku untuk memiliki teleskop, bisa iceskating, bisa membaca Hieroglyph dan menjadi seorang suami yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di bawah ini aku akan menuliskan 10 mimpi terbesarku saat ini agar dua atau tiga tahun lagi kalian bisa lihat mereka menjadi nyata dalam hidupku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Memahami Makna Tiap Huruf Hieroglyph </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya hieroglyph hanya pintu. Apa yang sebenarnya aku inginkan adalah mengetahui dan memahami sejarah lengkap peradaban manusia mulai dari awal zaman hingga akhir zaman. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Menaikkan Berat Badanku hingga 75 kg </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku agak terlalu tinggi untuk rata-rata warga dunia ketiga seperti Indonesia. Karena tidak mungkin untuk mengharapkan tinggiku berkurang, aku harap berat badanku yang naik untuk mengimbangi. Saat ini, aku masih butuh 15 kg lagi untuk sampai kesana. Doakan ya! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOFRNgnCRjXQ45QiOoRN_y7shztAf8JYtOn0rRJChdFXF6GqbH6SRJOFqg9g1avyQmtQXWobhULh8i50YWy2YQaLR2opPtiNBvOqylW1T57g3duvybgrTkGAKX9M8lThyphenhyphenmHOlvzb00lNs/s1600/aku+mau+jadi+arsitek+dan+menrancang+rumahku+sendiri.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="menjadi arsitek otodidak dan mandiri" border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOFRNgnCRjXQ45QiOoRN_y7shztAf8JYtOn0rRJChdFXF6GqbH6SRJOFqg9g1avyQmtQXWobhULh8i50YWy2YQaLR2opPtiNBvOqylW1T57g3duvybgrTkGAKX9M8lThyphenhyphenmHOlvzb00lNs/s200/aku+mau+jadi+arsitek+dan+menrancang+rumahku+sendiri.jpg" title="menjadi arsitek otodidak dan mandiri" width="200" /></a><b>3. Membangun Sebuah Rumah yang Kudesain Sendiri </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak kecil aku hobi menggambar. Aku hobi membuah denah rumah walaupun tak sesuai dengan kaidah gambar arsitektur. Diantara seluruh denah itu ada satu denah yang sampai sekarang masih kusimpan. Aku benar-benar berharap denah dengan skala 1:100 itu akan menjadi rumah nyata seluas 180 m2 suatu saat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<b>4. Menikah </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, ini salah satu mimpiku paling sederhana yang bisa ditulis dengan satu kata. Siapa yang tak ingin menikah? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Memiliki Perpustakaan Pribadiku Sendiri </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak mungkin seseorang bisa menulis tanpa rajin membaca. Aku seorang kutubuku walaupun tidak terlihat seperti itu. Sejak 3 tahun lalu aku berjanji pada diriku sendiri untuk minimal membeli satu buku setiap bulannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu saat kalian akan datang ke rumahku, bertemu dengan ajudanku dan bertanya apakah kalian bisa menemuiku. Pada saat itu ajudanku akan bilang, “Pak Habib memang sudah sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk menerima tamu. Beliau ada di perpustakaannya. Anda langsung saja temui beliau di sana.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Memiliki Sebuah Teleskop </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sangat terobsesi pada ilmuwan matematika abad pertengahan (masa keemasan Islam sekaligus masa kegelapan Eropa). Mereka tidak hanya ahli matematika dan fisika tapi juga astronomi dan filsafat. Aku sudah menguasai beberapa yang lain. Jadi sekarang aku harap aku punya teleskop untuk menguasai astronomi juga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>7. Memiliki Sebuah Tablet Hybrid</b><br />
Aku sudah punya smartphone, aku bersyukur untuk itu tapi bukan manusia namanya kalau bisa puas. Aku pikir akan sangat menyenangkan jika aku punya sebuah tablet sebagai manager aktivitasku. Bukan karena smartphoneku ini tidak sanggup melakukan tugasnya dengan baik. Aku hanya tak ingin lagi membawa laptopku yang berat kemana-mana. Kalau ada tablet hybrid kan lebih enak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cdn2.sbnation.com/entry_photo_images/6905473/Taichi_large_verge_medium_landscape.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="sebuah tablet hybrid untuk memudahkan aktivitas harianku" border="0" src="http://cdn2.sbnation.com/entry_photo_images/6905473/Taichi_large_verge_medium_landscape.png" height="307" title="sebuah tablet hybrid untuk memudahkan aktivitas harianku" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>8. Memiliki Sebuah Blog Terkenal </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai seorang blogger tentu saja aku berharap tulisanku bisa dibaca banyak orang. Aku ingin agar setiap hari ada 100.000 orang yang datang dan membaca tulisan-tulisanku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>9. Menjadi Seorang Penemu Suatu Teori dalam Matematika </b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya aku sudah membuat sebuah penemuan tapi belum diuji oleh pakar saja. Suatu saat namaku akan tercetak di setiap buku yang dipelajari siswa dan mahasiswa. Namaku akan sama terkenalnya dengan Einstein dan Newton. Itu impian terbesarku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://math-blog.com/wp-content/uploads/2009/07/mathematicians.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="aku juga akan jadi salah satu matematikawan dunia setara einstein dan newton" border="0" src="http://math-blog.com/wp-content/uploads/2009/07/mathematicians.jpg" height="400" title="aku juga akan jadi salah satu matematikawan dunia setara einstein dan newton" width="345" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>10. Liburan ke Pedalaman Australia</b><br />
Aku bicara soal bintang-bintang. Terlalu asyik menonton televisi membuat orang-orang kota lupa dengan keindahan alami yang ditaburkan Tuhan di langit malam. Banyaknya polusi cahaya di kawasan perkotaan juga membuat bintang sulit dilihat. Aku ingin sekali pergi ke pedalaman Australia, berbaring di rerumputan, menatap langit malam cerahnya dan menyaksikan sendiri bagaimana terang bintang itu menerangi malam di atas sana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://intelligenttravel.nationalgeographic.com/files/2008/12/starry-night-sky-615.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://intelligenttravel.nationalgeographic.com/files/2008/12/starry-night-sky-615.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<br />
<b>APAKAH MIMPI ITU PASTI MENJADI NYATA?</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Jawaban, “Ya pasti!” sudah berada di ujung lidah dan jari-jariku waktu aku teringat ada beberapa mimpi yang tidak berhasil kuwujudkan. Satu diantara mimpi yang gagal kuwujudkan adalah yang ke-34 yaitu menjadi mahasiswa terbaik di kampusku. Bagaimana mungkin Allah mengizinkanku menjadi mahasiswa terbaik kampus jika aku hanya berusaha menjadi yang terbaik di fakultas? Ya, usahaku kurang keras. <br />
<br />
Tapi apa lantas itu membuatmu takut bermimpi dan menuliskannya? Tidakkah kau pernah dengar pepatah, </div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Bermimpilah setinggi langit sehingga kalaupun kau tak berhasil mencapainya, </i><br />
<i> setidaknya kau telah berada diantara bintang-bintang.” </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ini mimpi-mimpiku, mana mimpi-mimpimu?</div>
</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-57719192241748694572016-01-03T02:35:00.000-08:002016-02-11T00:54:33.106-08:00Cerpen - Najib Pilih Mati<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
“Sore semakin mendung saja, maghrib satu jam lagi,” pikirnya, “kenapa Sinta belum pulang juga ya?” Kekhawatiran tak henti-hentinya memunculkan pertanyaan di pikiran Najib.Sibuk dia bolak-balik di lantai menunggu putri tunggalnya pulang sekolah. Pasalnya malam itu Najib dan keluarga kecilnya akan pergi merayakan ulang tahun anaknya di restoran mahal.</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun ini semua karena janjinya sendiri. Entahlah kalau memang Sinta kesepian sampai butuh perhatian lebih dari kedua orang tuanya tapi putrinya ini memang terlalu manja, bahkan untuk ukuran anak manja sekalipun. Najib tak peduli apakah caranya mendidik anak terlalu memanjakan atau lembek. Baginya sang putri tak boleh menderita sekecilnya pun. Inilah mengapa gajinya tak pernah bersisa di akhir bulan oleh permintaan-permintaan putrinya yang tidak boleh tidak. Walaupun awalnya permintaannya sederhana saja seiring tumbuhnya sang putri, permintaan-permintaan ini mulai terasa agak memberatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh menit berlalu Sinta belum juga pulang.Cemasnya menjadi-jadi. Waktu ditanya, istrinya yang sedang berdandan hanya menjawab setengah peduli saja, seakan-akan putri tunggal yang pulang kesorean bukan masalah besar. Najib geleng-geleng saja sambil berpaling, inilah akibatnya kalau perempuan dikasih kerja bukannya di rumah mengurus anak pikirnya. Tapi apalah mau dikata, gajinya kecil, maklumlah pegawai negeri rendahan. Mereka sekeluarga tak mungkin hanya mengharapkan gaji si ayah saja dengan semua permintaan putri manjanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Angin semakin kencang, hujan sebentar lagi turun, Najib hanya duduk diam di ruang tamunya bersama kado ulang tahun anaknya di tangan. Hembusan dingin masuk dari sela pintu yang setengah terbuka langsung ke wajah Najib. Sebentar lagi hujan turun, tapi putrinya belum pulang juga. Ada apa gerangan dengan putri terkasihnya sampai ponselnya tak bisa dihubungi. “Ah sudahlah mungkin cuma terlambat, atau sedang berteduh saja,” pikirnya menenangkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Petir menyambar dengan keras saat sesosok bayangan hitam tinggi besar muncul di depan pintu. Kaget, Najib sontak berdiri dan bertanya-tanya siapa gerangan yang tingginya melebihi pintu rumahnya. Sesaat kemudian Najib sadar tamunya adalah tamu semua yang bernyawa tapi dia terlalu kaget untuk memanggil istrinya di kamar. Tangan kakinya gemetar hebat sementara sosok itu perlahan mendekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok itu baru sampai tepat di depan Najib dan belum melakukan apa-apa tapi nafas Najib sudah tersengal-sengal seperti mau mati. Mereka begitu dekat hingga Najib tak bisa melihat apa-apa kecuali hitam dada sosok itu yang lebar. Najib menoleh keatas ingin melihat wajah sosok hitam tinggi besar yang sudah begitu dekat itu, tapi diatas dia hanya melihat ruang kosong tak berhingga, kehampaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Waktumu telah tiba Najib!” sosok itu berbicara dalam cara yang tak dimengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan! Jangan sekarang! Putriku belum pulang, tak bisakah menunggunya sebentar saja?” Najib sudah bisa menguasai dirinya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku hanya menjalankan tugas. Tugasku tak bisa dimajukan atau dimundurkan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tapi ini hari ulang tahun putriku!” balasnya sengit.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Segala yang bernapas pasti akan merasakan mati. Tuhan punya rencana lain.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mulai menangis bukan tak cukup amalnya, dia hanya ingin putrinya, putri tunggalnya tahu dia ayah yang baik. Bukan keinginan berlebihan untuk dimiliki seorang ayah. Gemuruh dalam hatinya semakin kuat, air matanya mengalir tak terbendung dan menetes dari hidungnya. Tersedu-sedu, ia berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tuhan…” dia terisak, menarik napas dalam, “kenapa kau lakukan ini padaku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdiam sosok hitam tinggi besar. Sosok itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata tapi jelas sebagai suruhan dia tidak senang dengan apa yang didengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa Kau mau putriku jadi yatim padahal dia tiada punya saudara?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Najib semakin terisak, dia tak tahu sosok di depannya mulai marah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dimana Keadilanmu jika Kau memanggilku sebelum aku memberikan kado ini padanya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok hitam tinggi besar itu mengamuk, Najib belum sempat melihat tangan sosok hitam tinggi besar terayun itu saat sebuah tamparan keras sekali mendarat di pipinya. Ada sensasi seperti petir menyambar di pipi kanannya, dia terlempar jatuh ke tempat tidurnya. Matanya tertutup rapat sekali, dari raut wajahnya tamparan ghaib itu pasti sakit sekali. Dia terkapar entah tidur pingsan atau mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
***</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pa..” sayup-sayup suara istrinya terdengar membangunkan Najib, “Papa ingatkan hari ulang tahun putri kita tinggal dua hari lagi?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara kokokan ayam di halaman belakang membantunya bangun tersadar sepenuhnya. Najib baru mencerna kata-kata istrinya barusan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah masak iya?” katanya terbelalak.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan bilang kamu lupa tanggal ulang tahunnya lagi Pa.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah, aku belum memesan kadonya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau begitu pesanlah sepulang kerja nanti. Kamu tak mau kejadiannya seperti tahun lalu kan?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Najib menggeleng tanpa suara. Dia paling tidak suka mengingat-ingat kejadian di hari ulang tahun putrinya tahun lalu. Waktu itu dia menyiapkan pesta kecil untuk putrinya dan lima atau enam orang temannya. Hanya sebuah pesta kecil sederhana yang biasa. Dia sudah berusaha pulang lebih awal tapi tetap juga terlambat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Putri kecilnya sudah bosan menunggu waktu Najib tiba di rumah. Lilin ditiup, kue pun dipotong, tiba waktunya membuka kado. Putri membuka kado pertama yang berasal dari teman sebangkunya, ternyata isinya satu set alat mewarnai yang lengkap dan bagus-bagus. Kado kedua dari temannya juga berisi kaos bergambar kelinci lucu diatas kue ulang tahun strawberry yang juga bagus. Kado ketiga, keempat dan berikutnya berisi barang-barang yang tak kalah bagus, bahkan ada yang memberi boneka beruang yang sudah diinginkannya sejak lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terakhir adalah kado dari ayah dan ibunya, mereka tentu tak menyangka putrinya akan sekecewa itu, kado itu tentu cukup bagus jika tidak dibandingkan dengan hadiah dari teman-temannya tentunya. Putrinya kaget saat mengeluarkan bingkai foto bertulisan I luv mom & dad di dalamnya. Beberapa orang tua yang hadir di pesta kecil itu simpatik melihatnya, tapi tidak dengan anak-anak. Mereka yang semula bertepuk tangan semakin keras tiap satu kado dibuka malah diam saja. Putrinya memang berharap terlalu banyak. Seandainya dia lebih mengerti keadaan orang tuanya dia tak akan merajuk sehebat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Najib berangkat dengan mobil tuanya. Disangkanya bisa juga dia ganti mobil tahun ini kalau bukan karena putrinya berulang tahun tiap tahunnya. Tapi apalah yang tak diperbuat Najib untuk putri tunggalnya. Lebih indah senyum putrinya menurutnya dibanding kemewahan hidup yang memabukkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di kantor tak henti-hentinya dia mengulang di dalam hati “Kalung putriku.. Kalung putriku..” Kalungnya harus dipesan hari ini agar bisa diambil besok. Biasanya butuh sekitar tiga hari untuk mengerjakan kalung perak dengan nama. Tapi mudah-mudahan bisa dipercepat dengan menambah sedikit biaya pikirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa hambatan sepulang kerja Najib berhasil membuat pemilik toko berjanji kalung perak putrinya selesai besok pagi. Najib tak sabar menunggu hari ulang tahun putrinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
***</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua hari pun tak terasa berlalu dengan cepat. Kalung Sinta sudah di tangan Najib sejak kemarin. Pagi ini pun Sinta sudah merengek-rengek ingin tahu hadiahnya. Najib berkali-kali hampir membocorkannya. Kalau bukan karena istrinya menahan dan mengantarkannya sekolah mungkin tak bisa juga Najib menahan kado itu hingga malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu berlalu lambat sekali tapi setelah penungguan panjang, hari itu pun hampir habis juga. Matahari sudah tinggi di balik awan hitam tebal waktu Najib di jalan pulang. Ada rasa geli yang tak biasa dalam hatinya, sepertinya dia sudah pernah saja melakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Istrinya pun pulang dan segera bersiap-siap. Najib kini terkantuk-kantuk tengah menunggu Sinta putrinya tercinta pulang. Sepuluh menit berlalu Sinta belum juga pulang.Cemasnya menjadi-jadi. Waktu ditanya, istrinya yang sedang berdandan hanya menjawab setengah peduli saja, seakan-akan putri tunggal yang pulang kesorean bukan masalah besar. Najib geleng-geleng saja sambil berpaling, inilah akibatnya kalau perempuan dikasih kerja bukannya di rumah mengurus anak pikirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Angin semakin kencang, hujan sebentar lagi turun, Najib hanya duduk diam di ruang tamunya bersama kado ulang tahun anaknya di tangan. Hembusan dingin masuk dari sela pintu yang setengah terbuka langsung ke wajah Najib. Sebentar lagi hujan turun, tapi putrinya belum pulang juga. Ada apa gerangan dengan putri terkasihnya sampai ponselnya tak bisa dihubungi. “Ah sudahlah mungkin cuma terlambat, atau sedang berteduh saja,” pikirnya menenangkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya dari balik pintu depan putrinya muncul dengan nafas terengah-engah dan baju sekolah basah kuyub.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayah! Kapan kita berangkat?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh, kamu udah pulang?” Najib buru-buru menyembunyikan kadonya kembali. “Ayah kira kamu berteduh. Kamu mau langsung berangkat? Apa nggak capek?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak koq, ayo buruan yah!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Najib yang tak pernah, tak bisa dan tak pernah bisa menolak permintaan putrinya mengiyakan. Sinta bersiap-siap dan mereka langsung berangkat ke restoran mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka pun berjalan. Di mobil udara terasa sangat dingin. Dari pohon Najib tahu angin di luar sangat kencang, sebentar lagi pasti hujan deras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan pun turun kian derasnya. Bersama hawa dingin kantuk pun datang. Tapi aku tak boleh tidur, pikir Najib. Disempatkannya mengintip putrinya dari spion tengah, ternyata udara kabin mobil yang semakin dingin menidurkannya di pangkuan istrinya yang juga sudah terlayang. Najib berjuang melawan hujan, dingin dan kantuk di jalanan sendirian. Sebenarnya matanya tak mengizinkan untuk berjalan dalam hujan begini tapi apalah yang tak dilakukannya untuk putrinya tersayang. Sekejap saja dia teringat pada putrinya seketika itulah hilang kantuk dan lelah matanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah Accord hitam memotong cepat dari kiri tepat setelah gerbang tol Cipularang. Cipratan airnya yang coklat melompat membasahi kaca depan Avanza abu-abu mereka. “Accord sial, dasar mobil mewah, ” pikirnya, “kira-kira berapa harganya ya? Pasti lebih dari 300 juta. Gimana seandainya aku istriku dan putriku naik mobil itu ya?” ………</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nguoooo… sekali lagi mobil menyalip dari kiri diikuti klakson keras yang panjang, kali ini bukan salah mereka. Mobil mereka sudah hampir jatuh ke tepi jalan beberapa kali, rupanya kantuk sempat mengalahkannya tadi. Najib berusaha menjernihkan pandangannya, tapi pelan-pelan kembali kabur. Ditegakkannya kepala, tarik napas, lebarkan pandangan tapi toh tertunduk-tunduk lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
***</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Najib terbangun lagi tapi dengan suasana berbeda. Keningnya sudah menempel di kemudi mobilnya. Bercak darah membekas di gagang kemudinya. Mobil mereka kecelakaan. Sudah ada tiga orang yang mengaku mahasiswa kedokteran datang dan menolong. Dia teringat tadi baru jatuh dari jalan, dipikirnya itu hanya mimpi. Ternyata tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seberkas cahaya jingga sore yang muncul di balik awan hujan yang telah reda menyadarkannya. “Mana Sinta?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Najib mencoba menolehkan kepalanya, tapi sekeras apapun mencoba dia tetap gagal. Pasti ada tulang lehernya yang terkilir. Lalu diarahkannya pandangannya pada petugas yang membawa tandunya. “Putriku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak seperti yang diharapkan si petugas malah hanya menggeleng kecil sambil tertunduk dengan mata terpejam, “Maaf pak,”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya kepedihan yang ada disana sekarang. Matahari sore semakin rendah, air mata Najib menyesak keluar. Putri dan istrinya pergi bersama sore.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wajahnya biut, teremas. Bagai air bah tak tertahan lagi dia berteriak tapi suaranya tak keluar “Tuhan! Kenapa Engkau panggil keluarga hamba semuanya? Kenapa Engkau tak membiarkan hamba memberikan kado ini padanya? Dimana keadilan-Mu? Kenapa bukan hamba saja yang Engkau panggil lebih dulu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu kilatan muncul dari langit, seperti menjawab teriakan Najib. Hanya sekejap, Najib belum sempat melihatnya. Tapi sepertinya itulah jawaban pertanyaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
***</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah tamparan keras itu mulai terasa membengkak di pipinya. Perlahan kesakitan itu membangunkannya. “Itu semua mimpi?” tanyanya pada sosok hitam itu. Tapi belum sempat dijawab Najib sadar sendiri “Tidak, itu nyata, tapi belum terjadi.” Sosok itu hanya mengangguk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil mengumpulkan lagi tenaganya Najib berdiri. Kemudian ditanya dia sosok hitam tinggi besar, hanya saja kali ini suaranya lebih teduh, “gimana sudah siap?” Sekarang Najib bisa melihat mata si sosok hitam tinggi besar. Dan matanya berkata “Waktu kembali untukmu. Ini permintaanmu.” Najib akhirnya mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo.” kata si Najib mantap.</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-72348947320950853162015-10-14T19:30:00.000-07:002016-12-13T19:21:17.417-08:00Cara Menjadi Penulis Kreatif<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh48Z3BQ2vTj5rCkWlSCsaPVz0Nld2OmJFWuAk7ryN658ryEyI7gZVtNktw30aU5Z9G4nK-jkkBuucZgD3BU5GDJ5Eh1yrPFnTtcevCQZkwXEEGdc4pBtcJTv0Jk_vIPCEJ5hs0gQVCFUU/s1600/menjadi+penulis+kreatif+handal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Aku ingin menjadi penulis kreatif handal" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh48Z3BQ2vTj5rCkWlSCsaPVz0Nld2OmJFWuAk7ryN658ryEyI7gZVtNktw30aU5Z9G4nK-jkkBuucZgD3BU5GDJ5Eh1yrPFnTtcevCQZkwXEEGdc4pBtcJTv0Jk_vIPCEJ5hs0gQVCFUU/s1600/menjadi+penulis+kreatif+handal.jpg" title="Aku ingin menjadi penulis kreatif handal" /></a></div>
<br />
Senang sekali rasanya waktu ada yang bilang, “Bib kamu kan jurusan matematika kok bisa bikin tulisan sebanyak ini sih?” Aku cuma hehe-hehe aja kalau ditanya begitu (baca: cengengesan). Tidak ada yang spesial sebenarnya. Aku cuma menuliskan apa yang ada dalam pikiranku dengan gaya bahasaku sendiri, setiap hari. Itu saja. Siapapun bisa melakukannya.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak juga orang yang bertanya padaku tentang rahasia membuat postingan blog yang menarik. Maka aku katakan padanya, rahasianya ada pada dragon scroll (gulungan naga) yang ada pada film Kung Fu Panda pertama. Kalau kalian sudah menontonnya kalian pasti tahu apa yang kumaksud.<br />
<i>There is no secret dude, Just be your self.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalaupun ada suatu cara terbaik untuk membuat tulisan, cara itu bukanlah dengan menambahkan semacam kata-kata rahasia tertentu yang menarik minat pembaca tapi bagaimana agar kamu bisa ...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b><b>KONSISTEN NGE-BLOG</b></b></div>
<b>
</b>
<div style="text-align: justify;">
Satu-satunya bagian terberat dari blogging adalah bahwa kamu harus konsisten. Ya, konsisten atau istiqamah adalah ruh terpenting dalam sebuah blog. Kamu harus bisa meyakinkan dirimu untuk menulis satu atau dua tulisan untuk diterbitkan setiap harinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><i>Tapi bang, masalahnya kami tidak punya ide.</i></i></div>
<i>
</i>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, aku memang tidak menyuruhmu mencari ide. Aku hanya menyuruhmu menulis. Siapa yang bilang menulis itu butuh ide? Kaget? Teruskan membaca.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://kennagordon.files.wordpress.com/2014/05/2013_june4th_writersblock1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://kennagordon.files.wordpress.com/2014/05/2013_june4th_writersblock1.jpg" height="281" width="320" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah yang paling sering terjadi pada penulis pemula adalah kebuntuan ide. Sebenarnya tidak hanya pemula sih, siapapun pernah merasakan kebuntuan ide. Kebuntuan itulah membuat kalian terus mencari cara untuk menulis lebih baik. Kalian mulai berguru pada ahlinya dan mengikuti seminar-seminar dan pelatihan kepenulisan. Tapi kalian malah mendapati otak kalian semakin buntu. Kalau begitu solusinya jelas ...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b><b>BERHENTILAH MENGIKUTI PELATIHAN KEPENULISAN</b></b></div>
<b>
</b>
<div style="text-align: justify;">
Tidak perlu bingung. Tadi kalian sendiri yang bilang bahwa otak kalian semakin buntu setelah ikut pelatihan kepenulisan. Kalau begitu ya hentikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kalian tidak percaya. Beberapa pelatihan kepenulisan mengatakan bahwa kalian harus punya struktur tulisan dan konsep ide yang baik sebelum menulis. Pelatihan kepenulisan itu juga berkata bahwa tulisan kalian harus dibuat senyaman mungkin, seindah mungkin, selucu mungkin, dan semenarik mungkin untuk bisa dinikmati pembaca kalian. Namun, pada akhirnya kalian hanya akan mendapati sebuah lembar kosong tanpa satu huruf pun. Ya, kalian buntu!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biar kuberitahu kalian bahwa pelatihan semacam itu hanya akan memberitahu kalian betapa sulitnya untuk menjadi penulis yang handal. Kalian tidak membutuhkannya. Kalian tidak akan membuat satu tulisan pun jika kalian berharap untuk membuat tulisan yang sempurna. Tulisan yang sempurna sesungguhnya adalah tulisan yang tidak sempurna, nah lho! Iya, karena itulah aku menyuruhmu untuk ...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<b><b>MENULIS SEPERTI BICARA</b></b></div>
<b>
</b>
<div style="text-align: justify;">
Menulis itu sama mudahnya dengan bicara. Tidak seorang pun dari kita yang susah payah memikirkan apa yang nanti akan ia katakan saat bertemu temannya di kampus. Kata-kata itu muncul begitu saja seiring kalian mulai berjalan keluar rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu pagi kalian berangkat ke kampus dan bertemu bang Habib. Awalnya kalian malu-malu tapi memutuskan untuk menyapa juga, “Abang bang Habib yang menulis blog itu kan?” lantas si abang pun menjawab, “Eh, adek pengunjung yang paling rajin komentar itu kan?” kemudian diskusi pun mengalir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah kita memulai suatu percakapan. Tidak seorang pun yang mengira kemana arah diskusi ini akan berkembang. Mungkin awalnya kita bicara soal blog, kamu bilang blogku bagus, aku bilang komentarmu bagus, lalu kamu mulai bertanya sekolahku dulu, aku pun cerita tentang sejarah sekolahku yang berpindah-pindah, kemudian diskusi itu terus berkembang. Bisa tidak kalian bayangkan diskusi macam apa yang akan terjadi jika tidak ada yang memulai kalimat pertama? Tidak ada sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga dengan tulisan. Kalian harus memulai kalimat pertama. Dengan kalimat pertama itu nantinya kalian akan pedekate dengan ide-ide yang lebih berkembang. Untuk kita ketahui bersama, bahwa tulisan yang sedang kalian baca ini juga dimulai dari sebuah lembar microsoft word putih, bersih, kosong dan bebas ide sama sekali. Tapi sebagaimana kita berbicara, kata-kata itu akan muncul dengan sendirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, tidak perlu khawatir. Tulis saja kalimat pertamamu.<br />
<br />
Semoga bermanfaat dan selamat menulis.<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
NB: Bagi yang belum juga mulai nulis dan masih aja suka nanya "Apa yang harus saya tulis?" nih baca <a href="http://www.habibasyrafy.com/2013/07/cara-menjadi-penulis.html">Bagaimana Mulai Menulis Kalimat Pertama</a>. </blockquote>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-75686105457536415122015-10-13T19:29:00.000-07:002016-12-13T19:21:03.365-08:00Sukses Menulis Kalimat Pertama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjliucKH8VIDoE6qb2wrlrGF1WRfckgXVDEohM1jEAOo1wCM23ECjvzsdBgA6romsJttBFidR_V9jal5_E8sLVSs3y3Jed8o3KnXigQSb55G7Zuy1A4Bgpcj76lwAAiiUmSx6wFytnwKtI/s1600/mulai+menulis+kalimat+pertama+yang+segar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mulai menulis kalimat pertama yang segar" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjliucKH8VIDoE6qb2wrlrGF1WRfckgXVDEohM1jEAOo1wCM23ECjvzsdBgA6romsJttBFidR_V9jal5_E8sLVSs3y3Jed8o3KnXigQSb55G7Zuy1A4Bgpcj76lwAAiiUmSx6wFytnwKtI/s1600/mulai+menulis+kalimat+pertama+yang+segar.jpg" title="mulai menulis kalimat pertama yang segar" /></a></div>
<br />
<br />
Pingin nulis tapi gak tahu harus mulai dari mana. Ini adalah masalah yang paling sering ditanya kamu-kamu semua yang pingin jadi penulis. Pertanyaan ini muncul berulang-ulang sehingga aku membuat salah satunya menjadi tulisan.<br />
<br />
Ini adalah salah satu tipe pos dialogku lainnya. Percakapanku dengan Zaki berikut ini pasti kamu suka. </div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<b>Zaki<br /> </b>Bang aku dah buat blog<br />
Tapi bingung mau nulis apa!?<br />
<br />
<b>Aku<br /> </b>MANTAP bilang aja di posting pertamamu, aku bingung mau nulis apa, tulis aja apa yang terlintas di pikiranmu<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<b>Zaki<br /> </b>(dia ngasi link) kak, itu dia tulisan pertamanya. Minta kritiknya ya, kak<br />
<br />
<b>Aku<br /> </b>OK, baca dulu ya<br />
(beberapa menit kemudian) luarbiasa, perubahan dalam keluarga jarang bisa terjadi, lanjut terus <br />
<br />
<b>Zaki<br /> </b>Bang, minta kritiknya lah. Penyusunan katanya gmana?<br />
<br />
<b>Aku<br /> </b>Gak ada kritik2. Abang cuma mau nantang, bisa gak Zaki konsisten? Nulis tiap minggu atau tiap hari?<br />
<br />
<b>Zaki<br /> </b>Alamak! Aku bingung mw nulis apa, bang. <br />
<br />
<b>Aku<br /> </b>Tulis aja apa yang terlintas, atau obrolanmu dgn kawanmu tadi siang </blockquote>
<br />
<div>
Begitulah.. Segala macam kritik dan saran tidak akan membangun penulis, terlalu banyak teori dan belajar juga tak akan menciptakan penulis (menurutku). Yang paling penting dalam menulis ya mulai menulis. Itu saja. <br />
<br />
Aku sering menyarankan orang yang bertanya untuk mulai menuliskan apa saja yang terlintas di pikirannya. Contohnya seperti ini:<br />
<i>"Aku disuruh menulis oleh Bang Habib, tapi aku benar-benar tak tahu apa yang harus kutulis. Kata Bang Habib aku hanya harus menuliskan apapun yang terlintas di kepalaku. Dan ternyata benar saja, sekarang sudah jadi satu paragraf.</i><br />
<i>Kurasa ..."</i> <br />
<br />
Dan tulis itu paling enak dibuat kalau kita sedang menggebu-gebunya. Kalian pasti pernah mengerahkan seluruh tenaga kalian untuk mendebat teman kalian atau kalian begitu inginnya bicara sampai kalian menyela pembicaraan. Itu adalah materi yang akan sangat baik kalau kalian tulis. <br />
<br />
Aku punya prinsip, semua orang bisa belajar apapun dari seorang yang lain. Aku mungkin jago dalam analisis tapi aku yakin pasti bisa belajar sesuatu darimu entah apapun itu. <br />
<br />
Atau pasti kalian pernah merasa begitu terilhami dan terinspirasi saat habis mengalami suatu kejadian dan pengalaman panjang lalu kalian mendapat kesimpulan berupa kalimat pendek. Ceritakan saja bagaimana kalian bisa dapat kesimpulan itu, itu akan menjadi tulisan yang luarbiasa bagus.<br />
<br />
<br />
Jadi kalau ada lagi diantara kalian yang bertanya “Bang gimana caranya jadi penulis?” tulisan ini adalah jawabannya.</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-81990275404801872392015-10-12T19:24:00.003-07:002015-10-12T19:24:28.452-07:00Cara Bikin Cerpen Lolos Kompas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cabiklunik.blogspot.com/2010/06/avianti-armand-raih-cerpen-terbaik.html" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="sumber gambar http://cabiklunik.blogspot.com/2010/06/aviantcerpen kompas selalu menarik dibaca ternyata melalui seleksi yang ketat para editornyai-armand-raih-cerpen-terbaik.html" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-mLkD2qSDXWieZIXfG5amVGOBVcyMQE2Q7ga7hKswHNLfHUtDDRmuxvJUgnpqWTZv__GOSYKznfo0zjhxfb9R5BiAMPwkY1neYeK6fzhcLaf282T6BSTSXMSG1-oO937aZqo20v1-faI/s1600/cerpen+kompas.jpg" title="cerpen kompas selalu menarik dibaca ternyata melalui seleksi yang ketat" /></a></div>
<br />
<b>Bagaimana Cara Menerbitkan Cerpen ke KOMPAS? </b><br />
Hahaha, Izinkanlah saya terlebih dahulu mengucapkan selamat kepada kamu yang sudah mengunduh ebook ini karena kamu sudah menemukan pembimbing yang tepat. Ebook yang sedang kamu baca sekarang ini sudah mengumpulkan semua yang kamu butuhkan untuk bisa menerbitkan cerpenmu di Kompas. Satu hal yang perlu kamu ketahui di awal adalah bahwa menerbitkan cerpen ke kompas tidaklah sesulit yang kamu pikirkan jka kamu tahu caranya. Jadi teruslah membaca dan belajar. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
<b>Mengapa Menerbitkan Cerpen ke KOMPAS? </b><br />
Sebelum membaca lebih jauh ada baiknya kamu pikirkan ulang alasanmu untuk menulis cerpen. Sebenarnya ada banyak sekali koran-koran baik lokal maupun nasional yang menerima cerpen dari pembaca dan penulis sekalian tapi tentu ada alasan-alasan khusus mengapa KOMPAS lebih diminati. </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Gengsi. Mengapa bergengsi? Tentu saja, dengan seleksi yang sangat ketat, tiap tahunnya para editor KOMPAS hanya akan menerbitkan 52 dari 2400 cerpen yang masuk. Bukankah itu prestasi yang luarbiasa? </li>
<li>Edukasi. KOMPAS adalah koran nasional yang memiliki pembaca yang sangat luas. Sangat baik jika kita bisa menyampaikan pesan-pesan moral yang baik lewat cerpen yang dimuat disana. </li>
<li>Honor. KOMPAS memberi honor yang terbilang lumayan. Untuk setiap cerpen yang dimuat KOMPAS memberi Honor sebanyak Rp 1.400.000 (itu menurut yang saya ketahui terakhir, gak tau deh kalau sekarang udah naik atau turun) </li>
<li>Mudah. Biasanya 2-3 hari setelah pemuatan, honor cerpen sudah ditransfer (tanpa potong pajak). Tidak perlu pergi langsung ke kantornya atau bertanya ke meja sana atau meja sini. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Untuk tips selengkapnya silakan unduh <a href="http://adf.ly/cv73Z">ebook ini </a></div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-58686418040180111342014-12-27T01:51:00.000-08:002016-01-20T01:52:15.451-08:00Pelajaran Hidup dari Mereka yang Sudah Menyesal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_dR92ZTFoEN7kxy-c08x2g2Vn-8ztyEczdLixAPYeT9B1NBLGWSflGBZP4AmneC7yNabTm10GKIWDye1De7ArV4j_b2y4GnA6gTrWnSqApuQGnLBLEHOZeMUkeNsDe3aiRxEyCGGtSRg/s1600/terlambat+berubah+aku+menyesal+tidak+melakukan+perbuatan+baik+dulu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="terlambat berubah aku menyesal tidak melakukan perbuatan baik dulu" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_dR92ZTFoEN7kxy-c08x2g2Vn-8ztyEczdLixAPYeT9B1NBLGWSflGBZP4AmneC7yNabTm10GKIWDye1De7ArV4j_b2y4GnA6gTrWnSqApuQGnLBLEHOZeMUkeNsDe3aiRxEyCGGtSRg/s1600/terlambat+berubah+aku+menyesal+tidak+melakukan+perbuatan+baik+dulu.jpg" title="terlambat berubah aku menyesal tidak melakukan perbuatan baik dulu" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya kita baru akan menyadari suatu kesalahan saat akibat buruknya sudah datang dan menimpa diri. <br />
<br />
Seorang siswa baru akan menyesali waktu yang ia sia-siakan selama tiga tahun saat ujian masuk perguruan tinggi tiba. Seorang mahasiswa baru akan menyesal tidak pernah masuk organisasi saat tahu betapa pentingnya keterampilan berorganisasi di dunia kerja. Seorang yang sudah tua juga pasti menyesali masa muda yang sering ia sia-siakan dengan berfoya-foya dan bersantai dulu. </div>
<a name='more'></a><br />
<br />
Jika saja mungkin, orang-orang yang menyesal ini pasti meminta agar waktu dapat kembali. Sayangnya, telapak tangan waktu terlalu sulit untuk dibalik. Nah, pertanyaannya mungkinkah penyesalan datang saat masih ada waktu untuk mengubah semuanya? <br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<b>WHAT I WISH I KNEW WHEN I WAS TWENTY </b><br />
Ada begitu banyak orang tua yang hari ini menyesali masa mudanya. Tidak hanya mereka yang tidak sukses, orang-orang yang sukses pun menyesali mengapa dulu mereka tidak menyadari kunci penting kesuksesan lebih cepat lagi. Mereka ingin sekali terbang ke masa lalu, menjitak kepala mereka sendiri, dan menyuruh mereka melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Tapi tak ada satu mesin waktu pun yang akan mengantarkan mereka ke masa muda mereka. <br />
<br />
Satu-satunya yang mungkin mereka jitak adalah kita, anak muda yang hari ini masih hidup bersama mereka. Mereka telah merasakan pahitnya penyesalan dan mereka tak ingin kita merasakannya juga. Itu sebabnya mereka suka berceramah ini dan itu. <br />
<br />
Beberapa dari mereka menulis buku yang kira-kira memiliki arti, “Hal-hal yang kuharap aku tahu ketika aku masih muda.” Buku seperti itu sangat mudah kamu jumpai di toko buku di luar negeri. <br />
<br />
Dalam buku itu, orang-orang yang menyesal berusaha memperingatkan kita yang masih punya kesempatan untuk menyadari apa yang dulu tidak mereka sadari. Diantara hal-hal itu adalah:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Perbedaan harta dan kekayaan</li>
<li>Cara membedakan makanan yang benar-benar sehat dan yang merusak</li>
<li>Pentingnya ilmu dan pengalaman</li>
<li>Betapa pentingnya cermin ukuran penuh di dalam rumah</li>
<li>Betapa cepatnya waktu berjalan</li>
<li>Betapa besar pengaruh mengabaikan kata hati kecil</li>
<li>Kriteria laki-laki idaman semua wanita</li>
<li>Dan masih banyak lagi </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Kamu boleh saja menganggap nasehat yang mereka tulis dalam buku itu sebagai angin lalu jika kamu ingin menulis daftar penyesalan seperti mereka waktu tua nanti. Kamu juga boleh berusaha memperbaiki diri dengan membaca buku mereka jika kamu ingin jadi orang-orang yang menyesal sebelum terlambat. Semua itu pilihanmu. <br />
<br />
<br />
<b>WHAT I WISH I KNEW WHEN I WAS ALIVE </b><br />
Disini aku juga mengingatkan kita untuk juga membaca buku “Hal-hal yang kuharap aku tahu ketika aku masih hidup” jika ada seorang mayat pendosa yang berhasil menulis dan menerbitkannya. Jangan lupa juga untuk membaca pesan-pesan agama jika tak seorang pendosa pun bangkit untuk memberitahu kita pengalamannya. Siapa yang mau abadi dalam penyesalan setelah kematian nanti?<br />
<br />
Dengan menyesali semuanya sebelum kita tua dan mati, kita tak akan pernah benar-benar menyesal seperti apa yang dirasakan para penulis buku itu. Dengan menyadari dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan kita akan menjadi manusia paling sukses di dunia dan di akhirat.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://cdn2.cdnme.se/cdn/7-1/3065559/images/2012/in-the-end-we-only-regret-the-chances-we-didnt-take_200226846.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://cdn2.cdnme.se/cdn/7-1/3065559/images/2012/in-the-end-we-only-regret-the-chances-we-didnt-take_200226846.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: center;">
Selagi belum terlambat!</div>
</div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-59448336759850947352014-11-19T02:20:00.000-08:002016-01-19T02:21:49.200-08:00Cerpen - Ada Tapi Tidak Dimana-Mana<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHdvtBT6bu_3uMjlhitDbujwY60t5XqMc7MHCka0BOxwmHQHLsNC4SphDbdWUR9JD3Gpk0ioHNWPtuB7sBXbvVlfaVTjVGUcT00Gt3MOQJ92M9giVZXUnIzyJph9J3svqXCerHnPH0ROQ/s1600/I+am+nowhere+in+fourth+dimension+but+exist.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://www.habibasyrafy.com/2014/11/aku-tidak-berada-dimana-mana-di-luar.html" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHdvtBT6bu_3uMjlhitDbujwY60t5XqMc7MHCka0BOxwmHQHLsNC4SphDbdWUR9JD3Gpk0ioHNWPtuB7sBXbvVlfaVTjVGUcT00Gt3MOQJ92M9giVZXUnIzyJph9J3svqXCerHnPH0ROQ/s1600/I+am+nowhere+in+fourth+dimension+but+exist.jpg" title="http://www.habibasyrafy.com/2014/11/aku-tidak-berada-dimana-mana-di-luar.html" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namaku Ada. <br />
<br />
Itu bukan nama yang diberikan orang tuaku. Itu hanya nama yang kugunakan untuk menyebut diriku sendiri. Aku tidak hidup di alam yang sama dengan kalian yang mengetahui cerita tentangku. Aku tidak hidup di tempat kaki bisa berpijak dan langit bisa ditunjuk seperti kalian. Aku tidak hidup di alam dengan gravitasi yang membuat kalian bisa membedakan atas dan bawah, depan dan belakang, serta kanan dan kiri. Ya, mungkin aku hidup di sebuah ruang hampa udara di suatu tempat di luar angkasa. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi asumsi itu pun kurasa tidak terlalu benar juga. Karena jika memang berada di tengah sebuah ruang kosong antar bintang, tentulah aku dapat melihat kelap-kelip bintang dari sini. Tapi tidak ada! Tak ada satu hiburan apapun yang bisa memanjakan matamu disini. Aku benar-benar berada di ruang kosong tanpa satu benda apapun. <br />
<br />
Apa aku manusia? Ya tentu saja, aku punya dua mata, dua telinga dan satu hidung persis seperti kalian. Aku tidak bisa melihatnya karena tak ada cahaya apapun disini tapi aku sudah meraba seluruh tubuhku dan aku cukup yakin kalau aku berwujud manusia. Aku sudah melayang di sebuah tempat yang entah apa namanya ini cukup lama. Yaitu sejak aku dilahirkan, eh maksudku diciptakan. <br />
<br />
Disini benar-benar kosong sama sekali. Aku pernah mencoba berjalan mengarungi ruang kosong ini untuk mencari dimana batasnya. Perjalanan itu lebih lama dari yang pernah kalian bayangkan. Aku berenang melalui gelapnya ruang kosong ini sampai aku menyadari bahwa aku memang tidak akan menemukan siapapun atau apapun lagi walaupun aku bisa melesat dengan kecepatan cahaya dan berjalan jutaan tahun lamanya. <br />
<br />
Pada titik itu aku juga menyadari bahwa tidak ada gunanya bagiku untuk mencoba berjalan lebih jauh. Aku yakin kau bisa melihat sesuatu yang kau tuju dan kau tinggalkan jika kau memang bergerak. Tapi tak ada suatu penanda apapun disini yang menunjukkan bahwa aku telah berjalan maju. Semuanya sama saja. Siapa yang tahu kalau ternyata selama ini aku tidak bergerak dari tempat semula? <br />
<br />
Sejak saat itu aku tidak lagi bergerak kemana-mana. Aku mengambil posisi duduk walaupun tidak benar-benar menyentuh sebuah permukaan apapun dan mulai berpikir. “Kenapa aku diciptakan?” <br />
<br />
Tidak seperti kalian, yang diciptakan dengan sebuah skenario yang bisa dijalani, baik itu menyenangkan atau tidak, disini aku tidak punya skenario apapun. Aku tidak merasa senang juga tidak sedih. Aku hanya merasa bingung. <br />
<br />
“SIAPA AKU INI SEBENARNYA!!!” Aku berteriak seolah ada seseorang di ujung sana yang akan mendengar suaraku. Aku bahkan tidak mendengar suaraku sendiri. Tak ada satu benda apapun disini yang akan memantulkan suaraku kembali padaku. <br />
<br />
Aku memikirkannya cukup lama walaupun tidak mengalami kemajuan berarti. Tapi siapa yang tahu berapa lama aku telah berpikir? Tidak ada jam, kalender, matahari atau apapun yang bisa digunakan sebagai penunjuk waktu disini. Aku tidak tahu apakah waktu telah berlalu bertahun-tahun lamanya atau jangan-jangan baru beberapa menit saja. <br />
<br />
Apakah aku memang diciptakan sendirian? Tidak adakah seorang teman diciptakan untukku? Tidak adakah bahkan seorang musuhku yang harus kulawan di dunia ini? Apakah aku tidak diciptakan kecuali untuk bingung selamanya? <br />
<br />
<br />
Seharusnya ini semua tidak menjadi masalah, tapi aku iri pada kalian yang pernah dimarahi karena tidak mengerjakan PR di sekolah. Aku juga iri pada kalian yang pernah sakit hati karena harus terpisah jauh dengan sang kekasih. Aku juga iri pada kalian yang pernah panik karena sebuah gunung api yang hampir meletus di dekat rumah kalian. Tapi biarlah, setidaknya aku masih bisa berpikir dan itu membuktikan bahwa aku Ada. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-86184837549385740172014-11-09T01:30:00.000-08:002016-01-20T01:45:30.974-08:00Sampai Kapan Aku Harus Terus Bekerja?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_1zuZ2syg1rx-8stQC_QLCvPISFQlM3Dc00TPj862En8DbD0NKwjDHxrL9zsw-S0EJPSXZbyG4UDCAfT0qIZAd7m2nkdOXNQ1Dcr29jkZc0atC-XkA7u4ARRcwqV-e6e35qrLXg75uQ/s1600/kunci+hidup+bahagia+dan+berarti+-+habib+think.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="kunci hidup bahagia dan berarti - habib think" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ_1zuZ2syg1rx-8stQC_QLCvPISFQlM3Dc00TPj862En8DbD0NKwjDHxrL9zsw-S0EJPSXZbyG4UDCAfT0qIZAd7m2nkdOXNQ1Dcr29jkZc0atC-XkA7u4ARRcwqV-e6e35qrLXg75uQ/s1600/kunci+hidup+bahagia+dan+berarti+-+habib+think.jpg" title="kunci hidup bahagia dan berarti - habib think" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Pernahkah kalian merasa berat dengan beban yang sedang kalian pegang kemudian berharap agar beban itu dapat segera hilang? Pernahkah kalian berharap bisa lari dari suatu tempat yang penuh masalah ke tempat yang lebih nyaman dan bebas stres? Aku pernah. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dulu waktu masih sekolah di MAN, kadang aku mengeluh betapa banyaknya tugas yang dibebankan kepadaku. Beban itu semakin menjadi-jadi saat Ujian Nasional datang. Saat itu aku berharap bisa segera lulus agar semua beban ini hilang dan aku bisa hidup tenang. <br />
<br />
Hari pengumuman pun tiba dan aku dinyatakan lulus. Maka aku bergembira karena beban itu telah hilang sudah. Hari-hari pun berjalan dengan sangat indah. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama, karena aku segera saja harus menghadapi ujian SBMPTN. <br />
<br />
Kemudian hari pengumuman kelulusan SBMPTN pun tiba dan sekali lagi aku bergembira. Akhirnya kini aku resmi menjadi mahasiswa. Waktu itu aku belum sadar kalau kelulusan itu hanyalah pintu menuju ujian lainnya yang tak kalah sulit dari ujian sebelumnya. <br />
<br />
Kehidupan kampus yang kukira akan berjalan dengan indah ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Kuliah mungkin punya jam tatap muka yang lebih sedikit tapi ternyata tugasnya jauh lebih dahsyat. Jika saja waktu di MAN aku tahu akan begini sulitnya, mungkin aku tidak ingin buru-buru. <br />
<br />
Sekarang aku sedang mengerjakan skripsi dan kalian harus tahu kalau aku benar-benar suntuk dibuatnya. Aku ingin menenangkan diriku, “Badai pasti berlalu begitu juga skripsi. <i>Everything is gonna be alright.</i>” Tapi beberapa kali di-PHP-in kebahagiaan dan kehidupan membuatku mundur sejenak dan berpikir, “Benarkah?” <br />
<br />
Pahamkah kalian apa yang kurasakan? Adakah disini yang bisa memberiku tahu kapan pencarian akan ketenangan dan kebahagiaan ini akan berakhir? Apakah saat aku lulus? Mendapatkan pekerjaan? Mendirikan perusahaanku sendiri? Memiliki uang satu milyar? Jika ada yang benar-benar sudah mencapai itu semua tolong beritahu aku sebenarnya kapan kehidupan akan benar-benar menjadi menyenangkan seperti di akhir cerita film Disney. Hidup bahagia selama-lamanya ... <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Cause I wonder if happy ever after did exist. </i></div>
<br />
<br />
<b>PELANGI KEBAHAGIAAN </b><br />
Beberapa kali ditipu oleh harapan palsu tentang akhir dari segala beban membuatku berpikir bahwa kebahagiaan tak ubahnya seperti pelangi yang sangat indah. Semua orang ingin datang dan membawanya pulang. Tapi saat kamu pikir sudah berjalan cukup jauh untuk mendekatinya, ia tidak benar-benar berada di sana. <i>Yes, I know. It hurts here. </i><br />
<br />
Aku pun semakin yakin dengan teori ini saat mengetahui teman-temanku yang sudah duluan wisuda juga tidak terlalu bahagia dengan posisi mereka sekarang. <br />
<br />
<i>“Aku lagi pusing cari kerja. Kalau ada lowongan bagi-bagi ya bro!” </i><br />
<i>“Aku baru tahu aturan pegawai di kantor ini ketat. Ada tahu lowongan kerjaan lain gak bro?” </i><br />
<i>“Aku lagi bingung disuruh kawin sama emakku. Ada kenal cewek yang seleranya standar gak bro?” </i><br />
<br />
Sekarang aku tahu bahwa berbahagia bukanlah soal mencari posisi yang tepat karena ada terlalu banyak orang dewasa yang ingin kembali muda sementara anak kecil ingin cepat besar. Berbahagia bukanlah soal tinggal di rumah yang tepat karena ada terlalu banyak orang kaya yang iri pada yang miskin sementara yang miskin iri pada yang kaya. Berbahagia juga bukan soal berada di negara yang tepat karena sementara di Indonesia banyak orang yang ingin tinggal di Jepang, ada banyak juga orang Jepang yang ingin tinggal di Indonesia. <br />
<br />
Jika memang soal mengejar impian dan harapan maka mungkin akulah orang yang baru akan bahagia di surga nanti karena aku baru akan bahagia jika aku sudah menyelesaikan kuliahku, menjadi diriku seutuhnya, menjadi anak yang berbakti pada orang tua, menjadi teman yang baik bagi semua orang, melanjutkan studi ke Jerman atau Malaysia, menjadi seorang matematikawan yang diakui dunia, menikah dengan gadis baik yang bisa menjadi pelengkap hidupku, membangun sebuah komplek perumahan untuk tempat tinggal keluarga besarku, dan memberi kontribusi yang banyak bagi perbaikan tanah air. <br />
<br />
Berbahagia bukanlah soal itu semua. Berbahagia bukan soal bagaimana memiliki semua yang nikmat tapi bagaimana menikmati semua yang kita miliki. Berbahagia bukan soal bagaimana melakukan yang kau cintai tapi bagaimana mencintai yang kau lakukan. <br />
<br />
Aku bersyukur tidak perlu berjalan keliling dunia meninggalkan seluruh harta yang kupunya seperti para sufi-sufi zaman dahulu hanya untuk menemukan dan mempelajari kata-kata yang sangat berharga yang telah dituliskan seseorang di internet ini. <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Jika kamu tidak dapat menemukan kebahagiaan dalam dirimu maka tak ada gunanya kamu mencarinya di tempat lain. </i></div>
<br />
Mungkin banyak hal yang membuatku kesal belakangan ini, termasuk skripsi ini. Tapi andai saja pelan-pelan aku mau menyadari banyak hal lain yang masih bisa kusyukuri mungkin akhirnya aku akan benar-benar bahagia disini sekarang juga. <br />
<br />
<br />
<b>JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN </b><br />
Aku tidak tahu bagaimana jalan kalian menuju bahagia tapi aku telah menemukannya. Pada akhirnya aku sadar bahwa tak ada apapun yang perlu kulakukan selain: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Menyadari bahwa kini aku telah menjadi seorang mahasiswa yang dari dulu sangat aku inginkan. </li>
<li>Menyadari bahwa kini aku telah memiliki sebuah handphone layar sentuh yang dulu sangat aku idam-idamkan. </li>
<li>Menyadari bahwa kini aku masih tinggal dalam sebuah rumah yang mencukupi segala kebutuhan harianku. </li>
<li>Menyadari bahwa aku masih bisa mengendarai kendaraan untuk pergi mengajar dan mencari rezeki. </li>
<li>Menyadari bahwa tidak ada tempat lain yang lebih baik selain di sini, di rumahku, di Indonesia. </li>
<li>Menyadari bahwa aku masih mendapat cukup banyak teman dan cinta dari orang-orang yang ada di sekitarku. </li>
<li>Menyadari bahwa tidak ada seorang pun atau suatu apapun atau waktu atau hal abstrak apapun yang bisa membuatku lebih bahagia selain dengan berdamai dengan diriku sendiri. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Aku belum bisa mengamalkan semuanya sepenuhnya tapi aku akan terus berusaha dan aku harap kalian juga begitu. Akhir kata semoga tulisan ini membantu kita untuk berpikir lebih positif dan banyak bersyukur. Sebagai tambahan saya juga akan berbagi kisah tentang orang yang tidak mau bersyukur dalam <a href="http://www.habibasyrafy.com/2012/05/cerpen-najib-pilih-mati.html">Najib Pilih Mati</a> – silakan dibaca. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-33165345544439562272014-10-19T18:03:00.000-07:002016-01-13T18:37:19.792-08:00Puisi - Suluk Yin YangJauh khayalku menerawang<br />
Kenapa Nabi ada yang menentang<br />
Kenapa kejahatan terkadang menang<br />
Kenapa bahaya selalu merintang<br />
<br />
Tapi kantukku datang menyerang<br />
Lalu tertidur aku terlentang<br />
Lalu tampak olehku seseorang<br />
Lalu padanya aku datang<br />
<br />
Dia yang menjadikan pohon tumbuh dan kembang<br />
Dia pula yang menjadikannya rapuh dan tumbang<br />
Akan kujelaskan dengan gamblang<br />
Sampai kau merasa kenyang<br />
<br />
Ada sedih maka ada senang<br />
Ada lebih maka ada kurang<br />
Ada malam maka ada siang<br />
Ada gelap maka ada terang<br />
<br />
Ada yang bilang itu yin dan yang<br />
Ada yang bilang dua cabang dari satu batang<br />
Kalau kubilang itu harmoni yang seimbang<br />
Yang telah ditulis Yang Maha Penyayang<br />
<br />
Karena ada cahaya maka ada bayang<br />
Karena ada keduanya maka dapat kita memandang<br />
Apa yang dilukis di atas bidang<br />
Oleh yang menghadap dan yang membelakang<br />
<br />
Demikianlah Dia hamparkan bumi terbentang<br />
Dan penuhkan langit dengan bintang-bintang<br />
Agar Dia melihat siapa-siapa yang hilang<br />
Dan melihat pula siapa-siapa yang pulang<br />
<br />
Maha Suci Allah Yang Maha Benderang<br />
Yang selalu dipuja pagi dan petang<br />
Yang menjadikan kita berpasang-pasang<br />
Yang bersamanya hati menjadi tenangHabibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-79029598095800623012014-09-23T18:42:00.000-07:002016-01-13T18:43:23.421-08:00Puisi - Yang Paling BesarSiapakah yang paling pintar? <br />
Yang bisa menjawab dengan benar <br />
Bilangan apakah yang paling besar?<br />
<br />
Demikian sang guru bertanya <br />
Saat menguji ketiga muridnya <br />
Tentang ilmu yang mereka punya<br />
<br />
Maka berdiri murid pertama <br />
Ia berpikir agak lama <br />
Kemudian menjawab ia lima<br />
<br />
Tapi jumlah jari bukan jawaban <br />
Melainkan sekadar batasan <br />
Atas kemampuan dan akal pikiran <br />
<br />
Maka berdiri murid kedua <br />
Sebagai murid paling tua <br />
Dengan sombong ia tertawa <br />
<br />
Seolah yang paling benar <br />
Dia kata satu milyar <br />
Sebagai angka paling besar <br />
<br />
Lalu protes gurunya itu <br />
Tidakkah kau belajar sesuatu <br />
Apa tidak ada satu milyar satu? <br />
<br />
Maka berdiri murid ketiga<br />
Mulutnya terbuka menganga <br />
Tapi jawabnya tak keluar juga<br />
<br />
Melihat gurunya dengan heran <br />
Menunggu lainnya tak sabaran <br />
Maka ia mulai menjelaskan <br />
<br />
Aku ingin sebut suatu bilangan<br />
Tapi kusebut tujuh ada delapan <br />
Kusebut delapan masih ada sembilan <br />
<br />
Dan akhirnya aku pun menyerah <br />
Apapun kukata pastilah salah <br />
Kalau dihukum pun tak apalah<br />
<br />
Demikianlah mereka yang benar tahu <br />
Tak akan pernah mengaku tahu <br />
Adapun yang mereka yang mengaku tahu <br />
Mereka itulah yang paling tidak tahu <br />
<br />
Karena bilangan terbesar <br />
Tentulah tak dapat dijabar <br />
Jika memang dapat dijabar <br />
Tentulah bukan yang terbesar <br />
<br />
Adapun Tak Berhingga hanyalah nama<br />
Tapi tidaklah nama dan Dia itu sama<br />
Dan manusia bebas memberi nama<br />
Tapi Dia lebih tahu mana yang lebih utamaHabibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-80236617868202115632014-08-22T18:41:00.000-07:002016-01-13T18:41:36.783-08:00Puisi - Ada untuk Disyukuri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wahai saudara saudari<br />
Tahukah kau bunga berduri<br />
Yang jika dipandang indah berseri<br />
Jika dipegang buat sakit dan nyeri<br />
<br />
Seperti itulah harta yang kau cari<br />
Jika kau mau menyadari<br />
Padahal kaya itu, tak perlu dicari<br />
Bila tiba waktu, nanti datang sendiri<br />
<br />
Pernahkah kau lihat matahari<br />
Yang setia terbit di pagi hari<br />
Akankah ia tetap menyinari<br />
Jika kau cari di malam hari<br />
<br />
Seperti gunung yang tegak berdiri<br />
Kekayaanmu tak akan lari<br />
Seperti terkunci dalam lemari<br />
Kekayaanmu tak akan dicuri<br />
<br />
Karena yang sejati ada dalam diri<br />
Bukan dalam peti atau di ujung negeri<br />
Cukup tanya hati sanubari<br />
Apa kau pantas untuk diberi<br />
<br />
Karena orang kaya punya ciri-ciri<br />
Tangannya suka memberi<br />
Wajahnya selalu berseri<br />
Hatinya tak pernah iri<br />
<br />
Setiap sajak punya intisari<br />
Jika kau mau mencari<br />
Sampai disini saya akhiri<br />
Nasehat untuk saya sendiri<br />
<br />
<br />
<i>Bebas disebarkan dan dibagi :)</i></div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-70637127031030221422014-06-24T18:38:00.000-07:002016-01-13T18:38:35.976-08:00Puisi - Syair Kekasih yang MelupakanWahai Rahman... <br />
Gundah hati ini merasakan <br />
Sakit kepala ini memikirkan <br />
Betapa besar dosa dilakukan <br />
Oleh kekasih yang melupakan <br />
<br />
Siapa yang sibuk bekerja <br />
Siapa pula yang dibuatnya raja <br />
Siapa yang memberinya apa saja <br />
Siapa pula yang ia manja <br />
<br />
Wahai Yang Merajai segalanya <br />
Kau buatku bertanya-tanya <br />
Saat Kau mengampuninya <br />
Padahal aku ingin sekali menghukumnya <br />
Kalau saja aku bukan dirinya <br />
<br />
Sungguh aku heran,<br />
Mengapa Kau terus memberiku? <br />
Mengapa Kau terus membiarkanku? <br />
Mengapa tak Kau tampar saja aku? <br />
Biar aku sadar akan dosa-dosaku <br />
<br />
Yang selalu saja mengharap cinta <br />
Dari mereka yang Kau cipta<br />
<br />
Yang terus saja menaruh rindu <br />
Pada mereka yang buatMu cemburu<br />
<br />
Yang tak pernah berusaha ingat <br />
Untuk bermesraan denganMu di malam Jumat<br />
<br />
Dan tak pernah menjadi sadar <br />
Pada siapa selama ini aku bersandar <br />
<br />
Ya Rahman Ya Rahim, ampunilah aku <br />
Ampunilah segala dosaku <br />
Kalaulah ada satu laku<br />
Yang bisa menebus semua dosaku <br />
Sudilah Kau mengajarkan satu padaku Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-63799816885502586192014-06-12T02:23:00.000-07:002016-01-19T02:24:31.213-08:00Cerpen - Melihat Masa Depan (2)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis45pnS-EgcqfUEdgau0Add0rwyh5QDr4vs6c8uZyOWnrh2hKX4rDAQkKR_Kyw8WgnwNebsscdG6w11T7WgkJBjfm0bl8OF-a-aheGCZe306bHJR4L4uU6BWir8OlLuyNyq5fd1EEH254/s1600/melihat+masa+depan+presiden.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="melihat masa depan presiden" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis45pnS-EgcqfUEdgau0Add0rwyh5QDr4vs6c8uZyOWnrh2hKX4rDAQkKR_Kyw8WgnwNebsscdG6w11T7WgkJBjfm0bl8OF-a-aheGCZe306bHJR4L4uU6BWir8OlLuyNyq5fd1EEH254/s1600/melihat+masa+depan+presiden.jpg" title="melihat masa depan presiden" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
cerpen ini sambungan dari <a href="http://www.habibasyrafy.com/2014/02/cerpen-melihat-masa-depan.html">Melihat Masa Depan (part 1)</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>DUA TAHUN BERLALU </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah berita di televisi mengejutkanku. Bukan karena beritanya tapi seseorang yang diberitakan. Itu Diana! Diana masuk TV. Dia menghadiri sebuah pameran busana besar di Tiongkok dan duduk bersama beberapa perancang busana terkenal dunia. Bagaimana dia bisa ada di situ ya? <br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Halo Duan?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya Di. Ada apa lagi?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu lihat TV 9?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Diana masuk TV.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh, iya aku tahu. Aku bersamanya di Tiongkok sekarang ini. Dia pakai gaun hijau biru kan?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu kok gak cerita-cerita mau ikut dia kesana?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Wong aku sendiri aja diajak. Aku pikir kamu diajak juga. Jadi gimana rencana kita 8 tahun lagi Pak Pres?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Santai aja, aku gak akan beralih pada orang lain. Kalau aku diusung jadi Presiden nanti, kamu tetep bakal kupilih jadi wakilnya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi pasukanku lebih banyak lho! Kamu aja yang jadi wakilnya ya.” Kata Riduan menggodaku. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Hahaha, ada-ada saja kamu ini. Takdir telah ditentukan, aku presiden kamu wakilnya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Yaudah, oleh-oleh buatmu gantungan kunci aja ya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>LIMA TAHUN BERLALU </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tak percaya aku hadir disini. Bukan karena aku hadir di pesta pernikahan termegah abad ini, tapi karena aku tak percaya. Ternyata Diana menikah dengan Riduan! Ya ampun.. masa depan macam apa ini? Sahabat jadi cinta? Seperti lagu lawas aja. Karena tak tahan dengan semua fakta menggelikan ini, aku langsung naik ke pelaminan untuk menyalami mereka berdua. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jadi dia ini pangeran idamanmu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Hehe, dulu bukan, tapi sekarang iyaaa..” jawabnya sambil memeluk Riduan gemas. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa sih rahasianya Duan?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau bisa mendapatkan apapun jika kamu berusaha Di. Aku sendiri berusaha mati-matian untuk memenuhi kriteria si Diana ini. Walau tak mudah tapi akhirnya sekarang aku jadi hafiz 30 juz haha.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Selamat deh buat happy ending kalian.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh iya jangan lupa, seminggu lagi kamu hadir juga dipelantikan pengurus nasional partaiku ya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu jadi kabid apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ketua umumnya dong.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>SEMBILAN TAHUN BERLALU </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kalian harus tahu, sekarang ini sudah hampir sepuluh tahun sejak aku melihat masa depanku. Dan sepertinya belum terjadi apapun yang signifikan dalam kehidupanku. Murid les privatku tambah banyak, tapi tak satu pun dari orang tua mereka merupakan pejabat tinggi. Satu-satunya pejabat dan tokoh nasional yang kukenal cuma calon wakil presidenku si Riduan. Kira-kira dari jalan macam apa Tuhan akan menjadikanku presiden ya? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>SATU HARI MENJELANG HARINYA </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku gilaaa... besok adalah harinya dan aku masih belum punya apa-apa untuk ditunjukkan pada diriku di masa lalu. Sebaiknya aku telpon Riduan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Halo Riduan?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya Ardi? Lo kemana aja? Udah setahun gak pernah nelpon lagi.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku butuh bantuan. Bisa gak pinjamin aku jas, mobil dan pasukan partaimu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Gak bisa, aku lagi rapat. Emang buat apa?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Aduuhhh, kamu rapat apa? Ada deh, pokoknya penting. Boleh ya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Lagi rapat sama kabinet lah. Kalau mau kamu pakai aja pasukan kepresidenan.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“OK lah sip. Makasi ya... Eh tunggu dulu? Kamu udah jadi wakil presiden ya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan wakil, aku presidennya kalee... Makanya aku tanya, kemana aja lo setahun ini?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Astaga! Yaudah aku cabut dulu ya!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yaampun, aku tak sadar, ternyata selama ini aku terlena. Bisa malu aku kalau Ardi 10 tahun lalu aku masih kere begini. Aku harus cepat-cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tak terasa sudah esok hari, persiapanku hampir selesai. Aha, itu dia ibuk-ibuk jamunya! “HEI BUK! JAMU!!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau pesan jamu apa dek?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan buk, nanti saya akan lewat pakai arak-arakan mobil presiden disini setengah jam lagi. Nanti kalau ada orang nanya, itu siapa, ibuk jawab aja presiden ya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Berarti bukan mau beli jamu?” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan buk..” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalau gitu bayar dong.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Adduhhh ibuk ini... Nih, 2 dirham cukup kan. Pokoknya kalau saya lewat naik arak-arakan mobil kepresidenan, kalau ada yang nanya, tugas ibuk cuma bilang, Itu presiden.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Itu mah namanya boong dek..” </div>
<div style="text-align: justify;">
“Udah la buk.. yang penting saya gak malu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
“OK lah, tapi coba ulangi lagi apa tadi tugasnya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>TAMAT</b></div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-56165982115070588012014-04-03T02:04:00.000-07:002016-01-19T02:05:45.515-08:00Ketika Pers Dibungkam Fiksi Berbicara!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbLQ72M6uocxbZUdEJGcUnP7sivSOgjMEJKzoPEeGboJZOgMN0fxAqx66bIk8PgNcoqsJ92-MAmMZPxLrbDQoB4YR2OfDGLEd2C1RP09kGsMXZ4I9UPLndlhwneft9OJNd3Stq_lIlts/s1600/acara+cerita+fiksi+di+televisi+dan+bioskop+membuat+saya+geram+dan+kesal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="acara cerita fiksi di televisi dan bioskop membuat saya geram dan kesal" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbLQ72M6uocxbZUdEJGcUnP7sivSOgjMEJKzoPEeGboJZOgMN0fxAqx66bIk8PgNcoqsJ92-MAmMZPxLrbDQoB4YR2OfDGLEd2C1RP09kGsMXZ4I9UPLndlhwneft9OJNd3Stq_lIlts/s1600/acara+cerita+fiksi+di+televisi+dan+bioskop+membuat+saya+geram+dan+kesal.jpg" title="acara cerita fiksi di televisi dan bioskop membuat saya geram dan kesal" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kalian pernah nonton Body of Lies? Itu adalah sebuah film yang menceritakan tentang usaha Amerika menghentikan seseorang yang mereka anggap teroris (dalam film itu tentu saja si tokoh teroris memang terlihat seperti teroris sungguhan). Aku geram sekali melihat film itu karena tokoh yang dijadikannya teroris adalah seorang Muslim bernama Al-Salim (sebuah anagram dari kata Islam). <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Aku geram sekali karena lewat film itu mereka benar-benar berhasil menanamkan pesan ke alam bawah sadar penontonnya bahwa Islam memang teroris, bahwa Amerika memang punya senjata dan teknologi yang sangat canggih, bahwa siapapun seharusnya takut jika berurusan dengan Amerika. Sekalipun penonton sadar bahwa semua itu cuma karangan mereka tapi mereka akan tetap percaya secara bawah sadar. Itulah hal yang sangat kusayangkan. <br />
<br />
<br />
Tapi bagaimanapun sebuah film hanyalah sebuah film. Mereka fiksi dan tidak nyata. Aku tidak bisa menuntut mereka apapun caranya. Kalaupun aku mau bilang, “HEI, HENTIKAN SEMUA KEBOHONGAN INI! ISLAM TIDAK SEPERTI YANG KAU GAMBARKAN DALAM FILM-MU ITU.” Mereka dapat dengan tenang menjawab, “Kenapa marah-marah begitu bung? Ini kan cuma fiksi, siapapun juga tahu kalau ini cuma cerita karangan.” Dan aku juga sadar sesadar-sadarnya, KAU TIDAK BISA MENUNTUT SEBUAH CERITA FIKSI! <br />
<br />
<br />
Tapi itu memberiku ide.. Kalau cerita fiksi memang sebegitu hebatnya dalam menanamkan pesan-pesan ke benak masyarakat, mengapa aku tidak ikut menggunakannya juga? Bukankah itu ide yang sangat hebat? Kalau cerita fiksi sanggup membuat yang jelek terlihat baik, tentu saja fiksi juga mampu membuat yang baik terlihat lebih bersinar. <br />
<br />
Tapi kira-kira darimana aku harus mulai? Aku belum punya para kru untuk membuat film-film dengan propaganda sehebat Deviance, Body of Lies dan Disney Princess. Tapi setidaknya aku bisa membuat cerpen. Ya! Kalau begitu aku harus menjadi penulis cerpen! <br />
<br />
<br />
Maka aku mulai menulis dan memposting tulisanku. Dan WOW!!! Luarbiasa, sekarang ia menarik 10.000 pembaca tiap harinya. Alhamdulillah. Kini aku bisa menyaingi para Disney itu dalam mengedukasi masyarakat. Kini aku bisa menetralisir pesan negatif yang mereka dapat di film-film propaganda itu. Senjata makan tuan! <br />
<br />
Fiksi yang tadinya mereka gunakan untuk menyerang umat Islam sekarang kubalikkan untuk menyerang mereka sendiri. Dan tentu saja kekebalan fiksi ini juga berlaku padaku. Fiksiku tidak seperti berita di media cetak yang bisa mereka tuntut nilai kebenarannya. Seperti juga mereka yang bebas membuat film sesuka mereka, aku juga bebas membuat cerita setinggi khayalku. <br />
<br />
Bagaimanapun cerita yang kubuat hanyalah fiksi. Tapi fiksi yang telah dibumbui pesan-pesan kebaikan tentunya. Aku yakin sekarang para Yahudi itu sedang geram luarbiasa dengan penyebaran cerita fiksiku yang sangat cepat. Mereka merasakan geram yang kurasakan ketika nonton film-film propaganda mereka. Sekarang skornya 1-1 sama. <br />
<br />
<br />
Bagaimana pun fiksiku tetaplah hanya sebuah fiksi. Kalau ada yang bisa kalian ambil dari cerita itu silakan diambil, kalau tak ada anggap saja sebuah hiburan. Semoga kita semua mampu tetap berpikir positif dan mengambil hikmah dari semua yang datang. :)<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi yang penasaran silakan baca cerita fiksi fenomenalku di <a href="http://www.habibasyrafy.com/2014/02/cara-mudah-bikin-perempuan-melepas.html">"Cara Mudah Bikin Perempuan Melepas Semuanya Semaumu"</a> </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4827711164601475997.post-9421031666200217072014-02-21T01:24:00.002-08:002016-01-20T01:28:10.314-08:00Berjuang Demi Gengsi dan Status Sosial<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0xWD9tfNVA4M0Gw4m1qBhjpKxsxbudAGGWyG7R5j4vz_dsWStxXAmrKYVj99g3YlZVA2u09xRP_XyxngDLWMa5Y2emSO-8XyX9VOuQNJoXrY3GDL5HjkwQ3VLae813sPN2XePMAnjB7A/s1600/menemui+calon+mertua+lebih+PEDE+dengan+gelar+dan+status+sosial.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="menemui calon mertua lebih PEDE dengan gelar dan status sosial" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0xWD9tfNVA4M0Gw4m1qBhjpKxsxbudAGGWyG7R5j4vz_dsWStxXAmrKYVj99g3YlZVA2u09xRP_XyxngDLWMa5Y2emSO-8XyX9VOuQNJoXrY3GDL5HjkwQ3VLae813sPN2XePMAnjB7A/s1600/menemui+calon+mertua+lebih+PEDE+dengan+gelar+dan+status+sosial.jpg" title="menemui calon mertua lebih PEDE dengan gelar dan status sosial" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Aku adalah mahasiswa semester akhir. Ya, akhirnya aku merasakan bagaimana tingkat administrasi paling sulit yang harus kujalani. Ini adalah tahap dimana mahasiswa menjadi sangat malas sekaligus capek minta ampun. Sebentar lagi aku akan lulus dari dunia sekolah dan mulai memasuki dunia kerja. Salah satu simpang besar dalam kehidupanku, lagi. <br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Banyak yang bilang agar aku menyambung S2 saja, aku cuma bisa jawab “kalau ada jalannya”. Setelah 17 tahun duduk di bangku pelajar kurasa sekarang sudah waktunya turun gunung dan mengamalkan apa yang kupelajari. Lagi pula aku bosan. Jadi kurasa aku ingin memiliki waktu-waktuku sendiri dulu sekarang ini. <br />
<br />
<br />
Akan seperti apa aku menjadi? Itu pertanyaan yang terus terbayang di benakku. Mudah bagi kalian mengatakan untuk jadi ini dan itu saja, kenyataannya ini semua masih terlihat rumit di kepalaku. Apakah aku akan jadi seperti yang kuimpikan? Atau mengikuti kata orang tuaku? Atau Tuhan punya rencana lain untukku? Aku sungguh bingung. <br />
<br />
Sebenarnya aku ingin jadi orang biasa-biasa saja, yang tenang hidupnya, baik jalannya dan baik juga istrinya. Aku ingin menulis dan mengerjakan apa yang ingin kukerjakan seperti belajar membuat program android dan nge-blog, dan aku dibayar untuk mengerjakan hal-hal yang kusenangi itu. Sesekali dipanggil terbang ke Jawa dan pulau-pulau lainnya untuk mengisi seminar ini dan itu, kemudian pulang bertemu istri yang sudah menungguku di rumah. Wahh... surga dunia.. <br />
<br />
Aku tidak berharap banyak, hanya itu. <br />
<br />
<br />
Tapi tidak begitu dengan orang tuaku. Mereka cenderung mengharapkanku untuk menjadi sesuatu yang bisa mereka banggakan untuk diceritakan. Itu sebabnya mereka pernah memasukkanku ke kedokteran. Kini mereka berharap agar aku bisa masuk jadi pegawai di MPR atau minimal dosen di suatu tempat. Seperti biasa, dalam hati aku katakan aku bisa melakukan semua itu jika kumau, aku telah menaklukkan kedokteran untuk membuktikan itu semua, tapi itu bukan inginku. <br />
<br />
Bisa kubayangkan betapa kecewanya mereka jika aku lebih memilih menjadi pengusaha pin dan survenir ketimbang menjadi pegawai di MPR. Mereka begitu takjubnya mendengar kata MPR sehingga mereka tidak peduli jika aku hanya jadi kacung di sana, yang penting tetangga bisa kaget mendengarnya. Padahal aku lebih suka menjadi bos dan melakukan kerjaku sendiri ketimbang disuruh-suruh orang. <br />
<br />
Aku rasa aku mengerti cara pikir orang dulu. Mereka mengharapkan status sosial yang tinggi. Itulah sebabnya mereka lebih suka calon menantu dosen dan dokter ketimbang ustad. Akhirnya aku harus memikirkan cara agar mereka tetap bisa membanggakanku. <br />
<br />
Oh, aku tahu! Jika aku berhasil membuktikan pada mereka bahwa dengan menjadi pengusaha aku bisa berhasil punya mobil mewah dan rumah besar pasti mereka bangga. Tapi mau berapa lama sampai itu terjadi? <br />
<br />
<br />
Sayangnya masyarakat menilai status sosial seseorang lewat cara yang salah. Mereka lebih menghargai hal-hal yang bersifat materil. Buktinya ada banyak: </div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Seorang calon mertua menanyai pemuda tentang hartanya bukan agamanya. Memang sih dia bilang agama itu penting, tapi pasti dia tolak jika orang itu tidak punya materi sementara ada orang lain yang agamanya pas-pasan datang dengan harta berlimpah. </li>
<li>Seorang orang tua pasti lebih bangga menyebutkan anaknya menjadi seorang general manager ketimbang guru ngaji. </li>
<li>Tetangga-tetangga kalian pasti lebih iri pada orang yang hartanya banyak ketimbang melihat seorang alim yang banyak ilmunya. </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sungguh geram rasanya melihat semua standar-standar masyarakat yang mengerikan ini. Aku bahkan pernah mendengar temanku bercakap-cakap sama kawannya, “Dosen kok gak punya mobil. Tapi katanya dosen!” dengan nada bicara yang sangat ketus. Kalau memang mobil dan rumah mewahlah ukuran derajat dan status sosial seseorang tak heran banyak pejabat yang korupsi disana-sini. <br />
<br />
Kali ini aku membela para koruptor itu. Bagaimana pun ini semua kesalahan kalian secara berjamaah. Siapa suruh kalian menganggap rendah wakil rakyat yang mobilnya cuma satu? Siapa suruh kalian bilang sama anaknya, “Tapi katanya kau anak pejabat, masak mentraktir kawan-kawannya aja gak bisa.” Waktu kalian berharap bisa makan gratis. Sadar atau tidak sadar kalian dan penilaian kalian itulah yang membuat para koruptor itu korupsi. <br />
<br />
Coba kalau seandainya kalian lebih menaruh hormat kepada mereka yang dekat pada TuhanNya, lebih segan kepada mereka yang rajin ke Masjid, pasti bukan harta kalian yang mereka keruk. Pasti semua orang berlomba-lomba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. <br />
<br />
<br />
Alangkah tenangnya saat kita tidak perlu hidup mengejar standar-standar yang diberikan orang lain atas kita. Sungguh terlalu berat jika kita harus mengejar semua standar-standar itu. Mudah-mudahan aku bukan termasuk orang-orang kebanyakan yang mengejar status sosial dan penilaian masyarakat. Bagaimana pun manusia yang terbaik adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Mudah-mudahan Allah membalas perbuatan baik yang kulakukan dan menaikkan derajatku ke tempat yang tinggi di sisiNya. </div>
</div>
Habibhttp://www.blogger.com/profile/10691565117071651694noreply@blogger.com0